Jangan Pernah Meremehkan Ancaman Bencana

Bagi sebagian orang banyak yang meremehkan kekuatan ancaman tsunami dari Gunung Anak Krakatau, sebab volume gunungnya tidak sebesar ibunya. Beberapa riwayat letusan dan cepatnya pertumbuhan Anak Krakatau, hal ini membuat para ilmuan meneliti risikonya. Misalnya saja pada tahun 2012, peneliti asal Perancis T Gichetti, R Paris dan K Kelfoun bersama dengan Budianto Ontowirjo, telah mempublikasikan kajian di Geological Society.

Dalam kajian tersebut, Gunung Anak Krakatau ternyata bisa lho menyebabkan tsunami akibat runtuhnya lereng (flank collapse). Hal ini disebabkan Gunung Anak Krakatau tumbuh di lereng terjal kawah.

Baca juga : MEMBANGUN RUMAH TAHAN GEMPA DENGAN APLIKASI ‘RUMAH AMAN’

Longsoran Gunung Anak Krakatau

Longsoran dari sebagian tubuh Gunung Anak Krakatau ke laut dengan volume kecil membangkitkan tsunami yang menghancurkan pesisir Selat Sunda, lho. Ada 437 orang meninggal akibat dari tsunami yang disebabkan oleh longsoran Gunung Anak Krakatau. Bukan itu saja, 16 orang hilang, 14.059 orang terluka, dan 33.721 mengungsi. Hal ini dikarenakan sebagian dari kita telah meremehkan ancaman tsunami yang datang kepada kita.  

Kalau menurut kajian Rebecca Williams dari Hull University, Inggris dan tim di jurnal Geology edisi Agustus 2019, volume material Gunung Anak Krakatau jatuh ke laut kecil, tapi gelombang yang ditimbulkan besar. Volume tubuh gunung yang jatuh ke laut dan memicu tsunami ini diperkirakan 0,1 kilometer kubik.

Volume longsoran itu sepertiga dari perhitungan Gichetti dan kawan-kawan di tahun 2012 lalu. Tinggi tsunami dan sebarannya serupa dengan perkiraan Gichetti, lho Disasterizen. Jadi, kekuatan tsunami akibat longsoran gunung di laut lebih besar dari perhitungan normal.

Dari kejadian semua ini, sumber tsunami akibat longsor karena aktivitas tsunami dan gempabumi harus dipetakan. Tidak lupa juga untuk tidak meremehkan apapun, sebab kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi. (MA)

Sumber : Daryono (BMKG)