Spesial Hari Ulang Tahun Masyarakat Penanggulangan Bencana Indonesia (MPBI) yang ke-20, webinar Ngopi PB yang diselenggarakan pada Rabu, 8 Maret 2023 memiliki tajuk “20 Tahun MPBI : Isu, Tantangan, dan Pandangan Kedepan dalam Membangun Resiliensi Bencana di Indonesia”. Turut mengundang narasumber Avianto Amri (Ketua Umum MPBI), serta dua penanggap Mohd Robi Amri (IABI) dan Mizan Bisri, PhD (U-Inspire Indonesia).
MPBI yang didirikan pada 03 Maret 2003 merupakan suatu organisasi nirlaba sebagai tempat berhimpun orang perorangan, praktisi, ilmuwan, dan pemerhati penanganan bencana dari sektor pemerintah, lembaga internasional, LSM nasional, para akademisi dan lain sebagainya. MPBI juga sebagai sarana penghubung bagi dan diantara organisasi-organisasi dan lembaga penanggulangan bencana di Indonesia.
Avianto dalam kesempatan webinar tersebut memaparkan ada lima isu dalam kebencanaan di Indonesia, yakni tren kejadian bencana vs target dan komitmen Kerangka Sendai untuk Pengurangan Risiko Bencana, emerging issues, peningkatan kerentanan, kemajuan teknologi dan artificial intelligence, dan aktor kebencanaan semakin banyak dan beragam.
Baca juga : KAUM MUDA DEPOK KAUM-NYA GREEN INFLUENCER
Ia menjelaskan dari tahun ke tahun tren kejadian bencana semakin meningkat. Oleh karena itu, target dan komitmen pengurangan risiko bencana juga harus semakin ditingkatkan. Selain itu, akan semakin banyak risiko dan double disaster yang tentunya menjadi tantangan bagi masyarakat. Bahkan, teknologi pun bisa menjadi dua mata pisau, apakah ia bisa menunjang atau justru bisa menghambat upaya-upaya dalam pembangunan resilensi di Indonesia.

dokumentasi : Zoom Webinar Ngopi PB
Avinto lebih lanjut menjelaskan aspek-aspek tantangan dalam kebencanaan di Indonesia. Ada berbagai macam tantangan, seperti bagaimana penanganan bencana bisa cepat tapi juga harus tepat, penggunaan dan pengelolahan data serta informasi yang perlu direkam dan dievaluasi, regenerasi dan peningkatan kapasitas, working in silos vs break the silos, isu lintas sektor, dan desain program yang masih project based dan tidak sustainable.
Dalam tantangan working in silos vs break the silos, dimana dibutuhkan formula yang tepat. Bagaimana bekerja dalam tim kecil maupun kolaborasi, tetapi bisa efektif untuk mencapai tujuan yang sama.
Dari lima isu dan enam tantangan yang telah dijelaskan, ia menjabarkan peluang apa saja yang bisa Indonesia dapatkan. Ia mengatakan peliuang bisa dikembangkan dengan gerakan pengurangan risiko bencana berbasis komunitas (PRBBK) atau jejaring lainnya, seperti KNPRBBK, Planas, SPAB, dan sebagainya. Bagaimana inisiasi-inisiasil tersebut bisa bermakna dan kolaborasi aksi bencana bisa muncul.
Kemudian, adanya peluang dalam program peningkatan kapasitas, misalnya training, sosial media, e-learning, dan lain sebagainya. Sebab, dengan teknologi dan peran anak muda hal tersebut menjadi efektif dan efesien.
Kolaborasi dengan berbagai pihak bisa menjadi peluang menuju Indonesia tangguh bencana dan bisa berbagi sumber daya, tools, keuangan, dan lain sebagainya. Dari kolaborasi tersebut akan menghasilkan pula ilmu yang semakin berkembang dan meningkat. Inovasi teknologi dan transfer ilmu juga menjadi peluang yang perlu didorong, misalnya dengan knowledge exchange dengan negara-negara lain yang memiliki pengalaman dan landscape risiko yang berbeda.
Avianto mengatakan peluang terakhir adalah bagaimana kita bisa membuat Indonesia menjadi leading champion di negara sendiri ataupun di dunia. Bagaimana kita bisa mengekspor baik itu personil, ilmu, dan juga tools, sebab, Indonesia adalah labotarium bencana.
Robi menanggapi, kerentanan pasti meningkat tapi hal tersebut juga bisa menjadi peluang suistainable investment ke depannya mana yang perlu menjadi prioritas. Pendekatan ketahanan berkelanjutan (sustainable resilience) juga perlu diperkenalkan kepada masyarakat, namun dengan definisi praktis yang mudah dipahami. Ia pun mengatakan, dalam kolaborasi berbagai pihak sangat penting. Oleh karena itu, kolaborasi tidak hanya terjadi saat ada suatu peristiwa tapi juga saling mengisi kekosongan dalam upaya penanggulangan bencana dari hulu ke hilir.
Mizanm pun turut menanggapi, dalam konteks hubungan antar jejaring untuk membangun ketangguhan belum ada kapitalisasi untuk memetakan peran tersebut. Bonus demografi akan menjadi sia-sia jika tidak ada dorongan motivasi dan harmonisasi antar aktor yang ada.
Di sesi Ignite Stage, Hanif menjabarkan peran pemuda dalam membangun kesiapsiagaan masyarakat dalam FASTANA, yang mengedepankan fungsi fasilitator disamping kerelawanan. FASTANA adalah organisasi di bidang pengabdian masyarakat upaya pengurangan risiko bencaan atau mitigasi bencaan melalui edukasi, kearifan lokal, dan pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir.

dokumentasi : Zoom Webinar Ngopi PB
Ada berbagai upaya pengurangan risiko bencana yang dilakukan oleh FASTANA, seperti kegiatan simulasi, edukasi, produksi media edukasi terkait PRB. Selain itu, mereka melakukan media edukasi berupa permainan Roblox, permainan kartu, buku, ataupun komik.
“Bencana ini multidimensional, sehingga kami ingin membangun masyarakat yang mandiri dengan memanfaatkan SDA di sekitar mereka, sekaligus membangun mindset dengan menjaga alam dapat berkontribusi dalam PRB”, kata Hanif.
Dapat disimpulkan ada berbagai rekomendasi untuk ke depannya bagi Indonesia, yaitu…
- Investasi pendidikan untuk membangun knowledge sistem bencana dengan pelatihan untuk tanggap darurat
- Mendorong sumber daya manusia di sektor rill untuk partisipasi pengurangan risiko dan tanggap darurat bencana
- Positioning aktor-aktor dan penjamin mutu
- Kapitalisasi gap daerah dan mengutamakan daerah yang basis knowledge-nya masih rendah
- Prioritas geografis daerah timur
- Replikasi pengetahuan bencaan untuk daerah prioritas
- Usulan Indonesia yang sifatnya operasional untuk memberikan alternatif dan strategis global
- Mencari formulasi dan cara untuk menjadi mentor dan menyediakan wadah bagi Gen Z untuk aktualisasi diri
- Perlunya regenerasi yang berkelanjutan dengan menyiapkan strategi yang tepat untuk generasi-generasi setelahnya
“Mari kita membangun Indonesia menjadi Leading Champion di dunia melalui kolaborasi pada tataran praktik dan produksi pengetahuan. Mari bersama mencari ilmu dan membangun komunitas tangguh bencana! Tentunya orkestrasi untuk membuat aktor yang relevan bekerja ke arah yang sama untuk benar-benar belajar dari peristiwa bencana masa lalu dan memanfaatkan informasi risiko saat ini dan masa depan untuk Indonesia yang tidak hanya tangguh, namun tangguh yang berkelanjutan,” kata Anarita, CARI.
Pembahasan kali ini tidak jauh kalah menarik dengan minggu lalu bukan, Sobat Preparizen? Ikuti kegiatan Ngopi PB yang dilaksanakan setiap Rabu malam jam 19.00 – 20.30 WIB dengan mendaftar melalui https:bit.ly/NgopiPB2.0
Atau kamu yang ingin menonton kembali sesi Ngopi PB sebelumnya, kunjungi di Facebook Pujiono Center https:bit.ly/YoutubePREDIKT