inovasi masyarakat

Inovasi Inklusif Gaungan Masyarakat

Sabtu (8/4/23), Ngopi PB yang kini pindah jam tayang menjadi Sabtu pagi, mengangkat topik “Inovasi Berbasis Masyarakat yang Inklusif”. Turut mengundang narasumber Jessica Novia (YEU). Selain itu, turut hadir Wahyu Hidayat (BPBD Kabupaten Lampung Selatan) dan Maulinna Utaminingsih (Plan Indonesia, MPBI) sebagai penanggap. Tak lupa di Ignite Stage terdapat narasumber Inovieka Rizka (Unit PB PALMA GKJ Ambarrukma). 

Baca juga : 4 HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN SEBELUM MEMBELI BAJU LEBARAN

Jessica menjelaskan bahwa inovasi kemanusiaan adalah proses berulang yang mengidentifikasi, menyesuaikan dan menyebarkan ide-ide untuk meningkatkan aksi kemanusiaan. Perlu diketahui, inovasi berbeda dengan penemuan. Inovasi tidak selalu berarti penemuan dan tidak selalu berarti produk final yang terlihat bagus dan indah. 

Webinar Ngopi PB 2.0 ke-43

Lebih lanjut, Jessica memaparkan bahwa konstitusi negara mengakui semua orang berhak atas penyelamatan, evakuasi, keamanan, perawatan kesehatam, dan dukungan psikososial selama bencana. Prioritas diberikan kepada bayi, balita, anak-anak, ibu hamil, ibu menyesui, penyandang disabilitas, dan lanjut usia. 

Kenapa inovasi berbasis masyarakat harus inklusi? Sebelum melangkah lebih jauh, inklusi adalah tentang perubahan masyarakat untuk mengakomodasi perbedaan dan untuk memerangi diskriminasi. Lalu, kenapa inklusi? Karena proses dimana setiap orang (terlepas dari usia, ragam hambatan/disabilitas, jenis kelamin, agama, preferensi seksual atau kebangsaan) yang ingin, dapat mengakses dan berpartisipasi penuh dalam semua aspek kegiatan atau layanan dengan cara yang sama dan memadai seperti anggota masyarakat lainnya. 

Berikut ini beberapa potret pelibatan komunitas yang inklusif dalam penanggulangan bencana di Indonesia! 

Partisipasi :

  • Kelompok berisiko mulai aktif terlibat di kesiapsiagaan dan respons kemanusiaan. 
  • Perlu didorong keterlibatan bermakna selaku pemangku kepentingan. 
  • Masih ada stereotip, stigma, hambatan instutional dan prosedural. 

Data Pilah : 

  • Data pilah sebagai dasar perancangan program inklusif. 
  • Metode, piranti dan kompetensi yang memadai untuk mengintegrasikan data terpilah ke skema pengumpulan data kedaruratan dan kemanusiaan. 

Pendanaan : 

  • Agenda inklusi kelompok berisiko di masyarakat masih bisa ditingkatkan dalam proses menjadi bagian analisis, perencanaan, dan penganggaran daerah. 

Kapsitas : 

  • Kesiapsiagaan dan repons kemanusiaan masih berfokus pada pemenuhan kebutuhan, perlindungan, dan partisipasi komunitas terdampak secara umum. 

Koordinasi : 

  • Mekanisme lintas pihak mendorong integrasi prinsip dan substansi inklusi ke dalam semua klaster.
  • Mendorong kemitraan dengan pelaku kemanusiaan lokal terutama organisasi kelompok berisiko di daerah. 

Untuk mendorong komunitas dalam ketahanan terhadap krisis, Yakkum Emergency Unit melakukan sebuah proyek bernama “Community-Led Innovation Partnership CLIP”. Proyek ini bertujuan untuk meningkatkan aksesbilitas, akuntabilitas, dan inklusi difabel, lanjut usia, dan kelompok berisiko dalam kesiapsiagaan bencana dan respons kemanusiaan melalui inovasi berbasis komunitas. 

Proyek tersebut menghadirkan kompetisi bernama IDEAKSI. Kompetisi tersebut merupakan inovasi penanggulangan bencana yang berfokus pada kelompok rentan. IDEAKSI juga menghasilkan beberapa inovasi dari beberapa kelompok, yakni Yayasan Ciqal, DIFAGANA DIY, Perkumpulan Lingkar, Forum Pengurangan Risiko Bencana Gunung Kidul (FPRB GK), 

Pada sesi Ignite Stage, Rizka menjabarkan solusi apa saja yang sudah dilakukan oleh Unit Penanggulangan Bencana dan Pelayanan Masyarakat Gereja Kristen Jawa Ambarrukma. Ia mengatakan bahwa Unit PB PALMA bersama dengan relawan mewujudnyatakan sistem tanggap darurat, berupa pendataan kelompok rentan, alat siap siaga, penanda rumah kelompok rentan, pelatihan peningkatan kapasitas, dan pembuatan prosedur tetap dan video simulasi. 

Webinar Ngopi PB 2.0 ke-43

Jika disimpulkan, dalam upaya pengurangan risiko bencana hendaknya inklusif dan melibatkan semua pihak yang berisiko. Bagaimana cara agar inklusif adalah dengan memberikan kesempatan yang sama kepada semua pihak. Agar bisa mendapatkan akses, terkait informasi, aktivitas pengurangan risiko bencana , termasuk monitoring dan evaluasi. Inklusivitas itu harus komperhensif, mencakup semua aspek dalam semua fase upaya pengurangan risko bencana.  

Menarik sekali bukan pembahasannya? Penasaran dengan pembahasan minggu depan? Ngopi PB sekarang pindah jam tayang! Ikut kegiatannya pada setiap Sabtu pagi jam 09.00 WIB – selesai. Kamu bisa mengakses Ngopi PB dengan link 

Bagi kamu yang ketinggalan, bisa menonton siaran ulangnya di Facebook Pujiono Centre https://www.facebook.com/pucenjogja/live/ atau YouTube PREDIKT ( (MA)