Ini Dia Klarifikasi BMKG Seputar Awan Bak Tsunami

Selasa (11/8), awan berbentuk seperti gelombang tsunami di Meulaboh, Aceh telah ramai diperbincangkan di media sosial, khususnya Twitter. Hal ini membuat sebagian orang merasa khawatir. Mendengar kegaduhan tersebut, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memberikan penjelasan soal fenomena tersebut.

Penjelasan BMKG

Daryono, Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami dalam Instagram pribadinya, mengatakan bahwa awan tersebut merupakan keluarga arcus, tapi lebih disebut sebagai roll cloud. Sedangkan di atlas awan tersebut disebut sebagai volutus. Ia juga mengatakan bawha tidak perlu dikhawatirkan, sebab fenomena alam tersebut biasa terjadi.

Baca juga : BARU, ALAT PENDETEKSI COVID-19

Lalu Siswanto, Kepala Subbidang Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG, menambahkan yang dilansir dari CNN bahwa awan Arcus ini merupakan awan rendah yang terbentuk dalam formasi horizontal. Kemudian awan itu bisa nampak dalam bentuk bergulung atau berlapis. Awan Arcus biasanya juga menjadi aksesoris dari awan cumulonimbus atau awan badai hujan. Namun, tidak semua awan badai hujan disertai dengan pembentukan awan arcus.

Awan Arcus di perairan sekitar Aceh tersebut, biasanya berkaitan dengan proses terjadinya squall line. Squall line adalah fenomena cuaca berskala lokal dari waktu tumbuh hingga punah atau berakhir selama 3-5 jam.

Siswanto mengatakan kalau awan tebal bak tsunami tersebut berkembang paling sering diantara bulan April dan November, serta mengarah ke timur menuju pantai barat Semenanjung Malaysia, sesuai arah aliran angin muson barat daya.

Dalam akun Twitter BMKG (@infoHumasBMKG) juga menjelaskan, bahwa awan tersebut murni merupakan fenomena pembentukan awan yang terjadi akibat adanya kondisi dinamika atmosfer dan tidak adanya kaitannya dengan potensi gempa atau tsunami maupun hal-hal mistis.

Meskipun seperti itu, masyarakat juga harus tetap waspada terhadap potensi kondisi cuaca buruk dan dapat selalu meng-update informasi cuaca dari BMKG. Selain itu, jangan mudah percaya dengan hoaks yang tersebar di masyarakat. (MA)