Hebat Suku Dayak Iban Mendapat Equator Prize

Di tengah gencarnya berita kepungan asap yang terjadi di berbagai wilayah Indonesia, Suku Dayak Iban dari Sungai Utik, Kalimantan Barat malah mengharumkan nama Indonesia di hadapan seluruh negara di dunia lho. Dalam acara Penganugerahan Equator Prize yang diselenggarakan oleh UNDP di New York, Amerika Serikat, 24 September 2019, Suku Dayak Iban ini termasuk 847 nominasi dari 127 negara.

Suku Dayak Iban ini mengelola hutannya dengan hukum-hukum adat yang mereka miliki. Mereka telah menjaga lebih dari 9.000 hektare hutan yang menjadi tempat tinggal dari penebangan hutan secara ilegal, industri kelapa sawit, dan kepentingan perusahaan lainnya. Mereka membagi 6.000 hektare lahan diperuntukkan untuk hutan lindung dan lebih dari 3.000 hektare untuk kebutuhan pangan.

Perlu kamu ketahui Disasterizen, hutan yang mereka jaga ini diperkirakan telah menyerap lebih dari 1,3 juta ton karbon. Sayang seribu sayang, Indonesia adalah tanah air mereka sendiri, masih harus berjuang lebih dari 40 tahun untuk mendapatkan pengakuan secara legal, meski telah dianugerahi Kalpataru.

Baca juga : KITA HARUS BELAJAR DARI BENCANA PALU-DONGGALA

Mereka mengatakan akan lebih menjaganya lagi hutannya, karena ini menjadi beban untuk masyarakat Suku Dayak ketika menerima ‘Equator Prize’. Lalu, komunitas adat yang hadir mengajak masyarakat dunia untuk menerapkan pola berpikir ‘Tanah sebagai ibu, hutan sebagai bapak, dan air sebagai darah’ di kehidupan sehari-hari.

Bukan hanya sampai di situ saja Sobat Disasterizen! Di acara penutupan Penganugerahan Equator Prize ada penyampaian aspirasi anak muda. Salah satunya adalah Kinan Tegar yang mana adalah aktivis lingkungan hidup berusia 14 tahun dari Suku Dayak Iban.

Wah hebat! Selamat untuk masyarakat Suku Dayak Iban yang mendapatkan penghargaan Equator Prize. Semoga dengan adanya penghargaan ini, kita bisa mencontoh dari mereka untuk menjaga alam kita ini. (MA)

Sumber : VOA