Tahukah kamu kalau ada banyak karbon yang tersimpan di dalam permukaan bumi. Jika karbon tersebut lepas bisa berakibat fatal bagi kehidupan bumi, sebab hal tersebut menjadi penghalang energi panas keluar.
Kini seluruh negara di dunia berupaya untuk mengurangi karbon melalui berbagai cara, demi kelanjutan masa depan. Sebagai contoh adalah mengalihkan bahan bakar transportasi pribadi menjadi yang lebih rendah karbon. Di Indonesia sendiri, untuk upaya penyerapan karbon dengan melakukan merestorasi mangrove (salah satu tanaman penyerap karbon terbesar) dan pengembalian hutan.
Tidak sampai di situ, kini dunia punya harapan baru untuk menghilangkan karbon dengan gunung berapi bawah laut! Memangnya bisa? Ada sebuah studi yang diterbitkan 16 Mei 2023 di jurnal Geologi yang membahas gunung berapi purba di bawah laut dapat menyimpan karbon dioksida. Makalah tersebut bertajuk “In situ carbon storage potential in a buried volcano”.
Dijabarkan, para penliti mengungkapkan kasus pada gunung vulkanik tidak aktif di lepas pantai Portugal yang dapat menyimpan sebanyak 1,2 hingga 8,6 giga ton karbon dioksida. Angka tersebut setara dengan emisi industri di Portugal sendiri lebih dari 24 hingga 125 tahun.
Melalui studi tersebut, para peneliti melaporkan bahwa penangkapan dan penyimpanan karbon di gunung berapi purba bawah laut bisa menjadi harapan baru. Penerapannya bisa efektif untuk menghilangkan dan menyimpan volume gas rumah kaca yang sudah sangat banyak di atmosfer bumi.
Dalam upaya menyerap karbon, pada proses penyimpanan di gunung berapi purba bawah laut membutuhkan proses yang disebut “karbonisasi mineral in situ”. Dalam prosesnya, karbon dioksida akan bereaksi dengan unsur-unsur dalam jenis batu tertentu. Unsur batuan tersebut adalah kalsium, magnesium, dan besi.
Baca juga : BAGAIMANA SIH MITIGASI BENCANA DI THAILAND
Peneliti menjelaskan bahwa banyaknya kalsium, besi, dan magnesium yang terkandung dalam batuan adalah kandidat ideal untuk proses tersebut. Secara alami, proses tersebut mirip dengan basal vulkanik yang membentuk sebagian besar dasar laut. Perlu diketahui, reaksi karbon dioksida dengan unsur-unsure tersebut akan menghasilkan reaksi baru yang bisa menyimpan karbon secara aman dan permanen. Seperti mineral, kalsium, dolomit, dan magnesit.
Melihat peluang tersebut, para peneliti mempelajari potensi penyimpanan di gunung berapi purba bawah laut Fontanelas yang mana sebagian terkubur sekitar 100 kilometer dari lepas pantai Lisboa dan puncaknya 1.500 meter di bawah permukaan laut.
Dibalik pemilihan gunung berapi purba bawah laut adalah stukturnya dapat memberikan arsitektur yang ideal untuk penyimpanan karbon. Ada ruang berpori hingga 40 persen yang menunjukkan adanya ruang memineralisasi karbon dioksida di dalam batuan setelah diinjeksi.
Selain itu, unsur-unsur tersebut kaya pada batuannya, sehingga tepat untuk memicu lokasi penyimpanan karbon. Dari sampel pengerukan gunung berapi purba ternyata terkandung mineral karbonat yang tersebentuk secara al ami. Hal ini menunjukkan reaksi kimia yang diperlukan untuk menyimpan karbon, ternyata sudah dilakukan secara alami.
Pada proses injeksi karbon dilakukan ke dalam cekungan sedimen berpori yang disegel. Cara tersebut bertujuan supaya gas yang keluar tidak muncul dari reservoir. Karbon yang telah diinjeksi akan mulai membentuk mineral, tetapi membutuhkan proses yang memakan waktu puluhan hingga ratusan tahun.
Para peneliti mencari cara lain, salah satunya adalah injeksi ke batuan vulkanik bawah tanah. Cara tersebut dicoba sebelumnya tahun 2016, yang dapat membuat proses mineralisasi jauh lebih singkat prosesnya lebih aman dan efektif.
Ada banyak gunung berapi purba bawah laut di seluruh dunia. Kasus di Portugal adalah peluang baru yang mungkin bisa diterapkan beberapa negara yang punya potensi ini dalam mengurangi karbon. Para peneliti tidak menutup kemungkinan bahwa cara ini kelak bisa diterapkan di tempat lain. (MA)
Sumber : National Geography Indonesia