GEOSTER 2020 : Mengenang Gempa dan Tsunami Aceh 2004

Himpunan Mahasiswa Teknik Geofisika (HIMA-TG), Universitas Syiah Kuala, Aceh telah menyelenggarakan agenda tahunan Geoster (Geophysics Stand by Disaster) dalam rangka memperingati gempa dan tsunami Aceh tahun 2004. Di acara GEOSTER 2020 kali ini ada berbagai macam kegiatan yang telah diselenggarakan, seperti lomba desain poster, lomba TikTok education, selfie contest dan webinar sebagai acara puncak.

Baca juga : DOKUMENTASI SANG TSUNAMI SENYAP SELAT SUNDA

Pendaftaran untuk masing-masing kategori lomba telah dibuka sejak 22 November hingga 13 Desember 2020 dan diumumkan pada saat webinar di tanggal 20 Desember 2020.

Berikut nama pemenang event lomba desain poster, TikTok education, dan selfie contestcheck it out!

POSTER DESIGN COMPETITION

SELFIE CONTEST

TIKTOK EDUCATION COMPETITION

Minggu (20/12), HIMA-TG telah menyelenggarakan webinar yang bertemakan “Guiding The Next Generation to Respond to Disasters Amid a Pandemic“, dan sebagai puncak dari acara GEOSTER 2020

Di dalam seminar online tersebut, ada beberapa topik dan informasi yang dipersembahkan dengan pembicara yang berkompeten di bidangnya. Salah satunya, Nuraini Rahma Hanifa, S.T., M.T., D.Sc. yang membahas Youth in Action for Disaster Risk Reduction sebagai topik pertama dalam acara seminar online tersebut.

Nuraini Rahma Hanifa, S.T., M.T., D.Sc. merupakan ilmuwan kegempaan perempuan di Indonesia. Lulusan sarjana dan magister di ITB, serta memperoleh gelar Doctor of Science pada tahun 2014 dari Universitas Nagoya, Jepang. Saat ini ia bekerja sebagai peneliti dan sekretaris di Pusat Unggulan Iptek (PUI-PT) Sains dan Teknologi Kegempaan, Pusat Penelitian untuk Mitigasi Bencana Institut Teknologi Bandung (PUI STG, PPMB ITB) dan KK Geoteknik FTSI, ITB. Ia juga sebagai sekjen U-Inspire Alliance dan Ketua U-Inspire Indonesia.

Pada webinar tersebut, ia menjelaskan bahwa pada umumnya ada 4 faktor yang menyebabkan kenapa korban berjatuhan lebih banyak terjadi di tsunami Aceh pada 2004 lalu dari pada tsunami Jepang 2011.

Faktor-faktor tersebut di antaranya ;

  • Karakteristik tsunaminya itu sendiri
  • Karakteristik topografinya
  • Regional karakteristik : defend structure, warning system, evacuation facility
  • Personal karakteristik : high awareness, high knowledge, and high decision making capacity.

Maka dari itu, perlu adanya kerja sama antar semua pihak dalam membangun upaya pengurangan risiko bencana, termasuk anak muda. Anak muda bisa menjadi agent change, termasuk dalam upaya pengurangan risiko bencana.

“Anak muda ini mempunyai potensi yang sangat banyak. Tetapi anak muda kalau bekerja sendiri akan kesulitan.” ujar Rahma.

Rahma juga menjelaskan, bagaimana melibatkan anak muda pada pengurangan risiko bencana. Dalam melibatkan anak muda untuk upaya pengurangan risiko bencana, anak muda harus mempunyai motivasi dan passionate. Selain itu, perlu juga adanya dukungan dari orang dewasa dan kepemimpinan.

Youth are agent of change and should be given the space and modalities to contribute do DRR, in accordance with legislation, national practice and educational curricula, (SFDRR, 36a (ii)).

Berbeda halnya dengan topik kedua, yaitu Beradaptasi dalam Mitigasi Bencana Alam di Tengah Situasi Pandemi, dengan narasumber Risma Sunarty, S.Si., M.Si. Risma adalah Dewan Pakar Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) Aceh dan Sekretaris Eksekutif Pusat Studi Kebencanaan Aceh (PUSAKA).

Risma mengatakan bahwa, pada Desember 2019 telah muncul wabah COVID-19. Wabah ini sangat berimbas pada kehidupan manusia. Namun, di masa pandemi seperti saat ini untuk memutar roda ekonomi, diperlukan pembiasaan-pembiasaan baru. Misalnya saja mematuhi protokol kesehatan, seperti memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak.

Selain itu, di masa pandemi seperti saat ini juga tetap perlu adanya upaya mitigasi bencana. Karena ancaman bencana tidak mengenal waktu dan bisa terjadi di mana saja.

Risma menjelaskan, bahwa ada beberapa bentuk adaptasi dalam upaya pengurangan risiko bencana alam di tengah situasi pandemi, seperti :

  • Memahami, mengidentifikasi, dan pengendalian bahaya
  • Mampu menilai risiko dan menghadapi risiko
  • Aksi pengurangan risiko
  • Pemetaan kebutuhan
  • Akses teknologi dan peringatan dini
  • Kemampuan merespon
  • Ketangguhan ekonomi

Rahma Hanifa, menambahkan ada tujuh hal penting yang perlu diperhatikan saat terjadi ancaman bencana di masa pandemi, seperti kenali lingkungan di sekitar, perkuat struktur dan fasilitas yang aman, siapkan kontak dan tas siaga untuk bertahan hidup 72 jam, kenali tempat dan jaur evakuasi.

Tidak hanya itu, juga siapkan rencana kedaruratan dan pertemuan keluarga, siapkan rencana membangun kehidupan kembali, dan yang terpenting adalah latihan evakuasi.

Yuk membangun bersama kesadaran dan kesiapsiagaan terhadap bencana. Sebab, ancaman bencana akan selalu mengintai dimanapun dan kapanpun. Salam Siaga! (MA)