Satuan pendidikan aman bencana

FPRB DKI Jakarta Gelar Pelatihan Bagi Relawan Satuan Pendidikan Aman Bencana

SIAGABENCANA.COM – Upaya peningkatan kapasitas relawan dalam penyebaran informasi dan peningkatan kesiapsiagaan warga sekolah dapat dilakukan berbagai cara, salah satunya yang dilakukan oleh Forum Pengurangan Risiko Bencana (F-PRB) DKI Jakarta sebagai wadah dari berbagai unsur lembaga bersama BNPB dan BPBD DKI Jakarta dengan dukungan USAID KUAT  menyelenggarakan Pelatihan Relawan SPAB di Wisma Hijau, Depok, Jawa Barat pada 5 – 7 Agustus 2024. Kegiatan awal akan menyasar pada 96 sekolah/madrasah di Kecamatan Gambir (Jakarta Pusat) dan Kecamatan Kramat Jati (Jakarta Timur).

Acara tersebut dihadiri Kepala BPBD DKI Jakarta yang di wakili oleh Kepala Subbagian Umum dan Kepegawaian, Win Endrias, S.H; Ketua Forum PRB DKI Jakarta, Achmad Lukman, perwakilan USAID KUAT, Victor Rembeth. Adapun sebagai narasumber dan fasilitator pada pelatihan tersebut yaitu Tasril Mulyadi, S.Pd mewakil Direktorat Kesiapsiagaan BNPB; Asep Koswara, perwakilan Sekretariat Nasional Satuan Pendidikan Aman Bencana (Seknas SPAB); Kurinah Hakim, Yayasan Kausa Resiliensi Indonesia; perwakilan Mercy Corps Indonesia dan perwakilan PMI.

Mengacu pada Dokumen Kajian Risiko Bencana tahun 2022 – 2026, Provinsi DKI Jakarta memiliki 11 potensi ancaman lainnya, yakni; (1) Gempa bumi, (2) Tsunami, (3) Tanah Longsor, (4) Cuaca Ekstrim, (5) Kegagalan teknologi, (6) Kebakaran Pemukiman dan Gedung, (7) Banjir Rob, (8) Banjir, (9) Konflik Sosial (10) Epidemi wabah penyakit, (11) Gelombang Ekstrim dan Abrasi. Dari ke 11 potensi bencana tersebut banjir dan kebakaran gedung dan pemukiman merupakan 2 jenis bencana yang paling sering terjadi di Jakarta sepanjang tahun 2011 – hingga sekarang. 


Berdasarkan laporan statistik Indonesia pada tahun ajaran 2022/2023 terdapat 8.067 unit sekolah di Provinsi DKI Jakarta yang sebagian besar berada di daerah rawan bencana dan perlu mendapatkan perhatian penuh sebagaimana amanat dalam UU Penanggulangan Bencana No 24 Tahun 2007, bahwa “setiap orang berhak mendapatkan pendidikan, pelatihan, dan ketrampilan dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana, baik dalam situasi tidak terjadi bencana maupun situasi terdapat potensi bencana.”

Tasril Mulyadi selaku narasumber dari Direktorat Kesiapsiagaan BNPB pada kegiatan tersebut menyampaikan pentingnya peserta pelatihan dibekali dengan pengetahuan dan pemahaman serta keterampilan agar memiliki kepercayaan diri dalam menyampaikan substansi pada saat menjalankan program pendampingan SPAB.


Pemaparan yang dilakukan oleh Tasril Mulyadi, Direktorat Kesiapsiagaan BNPB. Foto : Asep Koswara

“Ada beberapa materi pokok yang disampaikan pada pelatihan tersebut antara lain: Gambaran umum kondisi kebencanaan di Indonesia; Konsep dasar penanggulangan bencana; Kesiapsiagaan di Satuan Pendidikan; Pengenalan School Watching; Praktik penggunaan aplikasi Inarisk untuk mendukung penerapan SPAB; Pendekatan SPAB melalui 3 Pilar dan pengelolaan berkelanjutan melalui pencapaian 10 Indikator SMAB DKI Jakarta Pergub 187/2016; Teknik Memfasilitasi dan Presentasi”, jelas Tasril.

Victor Rembeth selaku Deputy Director/Private Sector Lead USAID KUAT SPAB menjelaskan bahwa komitmen membangun ketangguhan kelompok masyarakat yang sangat penting. Tugas Relawan SPAB sangat penting karena menjadi penggerak komunitas sekolah untuk dapat merealisasikan sekolah aman bencana yang bukan seremonial tetapi paham dalam praktik dan pelaksanaan indicator-indikator yang memastikan risiko bencana bisa dikurangi semaksimal mungkin.


Victor Rembeth, Deputy Director/Private Sector Lead USAID KUAT SPAB dalam sambutannya. FOTO : Tasril Mulyadi

“Sekolah bisa menjadi tempat yang paling rawan kalau terjadi gempa, apalagi bila terjadi pada saat kegiatan belajar mengajar (KBM) berlangsung. Sekolah yang tidak aman akan menjadi sumber kerentanan memperbesar risiko ancaman Gempa” jelas Victor.


Victor menambahkan komunitas sekolah juga bisa menjadi bagian dari Kapasitas mengurangi risiko. Bila Murid, Guru dan komunitas satuan pendidikan memahami dan melakukan berbagai upaya pencegahan baik melalui kesiapsiagaan maupun mitigasi yang memadai akan mengurangi risiko gempa. Anak-anak yang paham akan risiko bencana akan menjadi champion bagi keluarga dan komunitas lebih besar untuk upaya pengurangan risiko bencana.

FOTO : Tasril Mulyadi

Sebagai salah satu perwakilan peserta Pelatihan Relawan SPAB, Silvia Indra Putri,mahasiswa Pendidikan Geografi UNJ mengungkapkan bahwa kegiatan ini sangat bermanfaat untuk mengembangkan potensi sekaligus mengimplementasikan keilmuan yang ia miliki. Ia juga mengungkapkan school watching menjadi materi yang paling menarik untuk dirinya, karena dapat membantu pihak sekolah dalam mengidentifikasi ancaman, kerentanan, dan kapasitas di lingkungan satuan pendidikan.

Untuk mewujudkan sekolah aman bencana, SchoolWatching.id hadir sebagai platform berbasis web dengan laman https://schoolwatching.adaptasibencana.id/ yang didedikasikan bagi komunitas yang berkomitmen untuk lebih memahami dan mengenali lingkungan sekolah dengan fokus pada upaya pengurangan risiko bencana berbasis sekolah.
Sebab setiap sekolah harus menjadi tempat yang aman untuk belajar dan berkembang. Namun di sisi lain sekolah rentan terhadap berbagai risiko, termasuk bencana. Maka SchoolWatching.id berupaya memberdayakan komunitas siswa, guru, orang tua, dan pemangku kepentingan lokal untuk secara proaktif menilai dan mengurangi risiko-risiko tersebut, memastikan lingkungan pendidikan yang lebih aman dan tangguh untuk semua.

Peserta pelatihan ini meliputi unsur TRC wilayah, anggota Forum PRB DKI, perwakilan mahasiswa yang telah lolos seluruh rangkaian seleksi yang diselenggarakan oleh tim pelaksana teknis. Pelatihan menghasilkan 48 orang fasilitator yang memahami penerapan SPAB dan pengetahuan serta ketrampilan dalam kesiapsiagaan menghadapi bencana khususnya gempabumi Jakarta  yang diharapkan menjadi fasilitator saat melaksanakan pendampingan dan sosialisasi SPAB di 96 satuan pendidikan yang berlokasi di Kecamatan Gambir Jakarta Pusat dan Kecamatan Kramat Jati Jakarta Timur.

Metode yang digunakan pada pelatihan ini  menggunakan pendekatan andragogi (pembelajaran orang dewasa) yang melibatkan peran serta aktif setiap peserta dalam proses presentasi, curah pendapat, diskusi kelompok, permainan, praktik/simulasi dalam – luar ruang dan sharing pengalaman guna membangun pemahaman bersama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan pada awal pelatihan. Pada akhir kegiatan diserahkan tas siaga bencana kepada tiga orang peserta berdasarkan penilaian keaktifan selama mengikuti kegiatan pelatihan yang dipilih oleh penyelengggara acara.

Pemberian tas siaga bencana. FOTO : Tasril Mulyadi

Sebagai informasi, program USAID KUAT secara khusus menyasar daerah perkotaan, meliputi Provinsi DKI, Kabupaten Bogor dan Kabupaten Tangerang guna mengurangi risiko bencana yang spesifik pada wilayah urban perkotaan. Ada kekhususan dalam penanganan PRB di konteks perkotaan atau yang biasa disebut Whole Settlement Approach atau Pendekatan Terpadu Pemukiman yang perlu diperkuat sehingga risiko bencana pada wilayah perkotaan dapat ditangani sesuai dengan tantangan yang dihadapi daerah.

Penulis : Tasril Mulyadi