Ambon dan sekitarnya terjadi guncangan gempabumi pada Kamis (26/9), pukul 06.46 WIB dengan kekuatan gempa utama M 6.8 yang kemudian diperbaharui menjadi M 6.5. Telah terjadi 641 gempa susulan dan 73 diantaranya dirasakan oleh masyarakat sampai dengan 29 September 2019! Ambon berduka, menurut data BPBD setempat korban meninggal dunia sudah mencapai 30 orang.
Tim peneliti gabungan dari LIPI Ambon dan Universitas Pattimura (Unpatti) Ambon menemukan dua hal baru yang perlu Sobat Disasterizen ketahui. Tim peneliti ini terdiri dari Fareza Sasongko Yuwono, M.Sc. (Peneliti Geologi LIPI Ambon), Dr. M. Zain Tuakia, M.T. (dosen Jurusan Teknik Geologi Unpatti) dan Rian Amukti, M.Sc. (Peneliti Geofisika LIPI Ambon), Dr. Nugroho Dwi Hananto, M.Si (Kepala LIPI Ambon). Dua hal baru itu adalah terjadinya likuifaksi tanah di delapan lokasi dan terdapat sesar baru aktif di bagian timur Pulau Ambon, inilah yang memicu terjadinya gempa.
Fareza menyampaikan, mereka telah menemukan sesar lain yang baru aktif di wilayah Timur Pulau Ambon. Sesar ini memanjang ke pusat gempa yang ada di daratan Pulau Seram. “Sesar ini belum teridentifikasi sebelumnya. Letaknya memanjang ke arah laut. Dan belum terdata oleh Pusat Gempa Nasional (PuSGeN), sehingga ini menjadi temuan baru yang kami peroleh,” jelasnya yang dilansir di Beritabeta.com.
Baca juga : HEBAT SUKU DAYAK IBAN MENDAPAT EQUATOR PRIZE
Fareza menambahkan, sebenarnya sesar ini sudah ada sejak dahulu cuma belum terdeteksi. Sebab, sebelumnya sesar ini tidak aktif, sehingga dengan adanya gempa yang terjadi ini dapat terdeteksi bahwa ada sesar yang baru aktif. Ditemukan pula arah retak tanah juga mengarah ke pusat gempa. Ini sangat jelas, sehingga menguatkan temuan ada sesar yang baru aktif.
Temuan aktifnya sesar ini mematahkan asumsi terkait gempa yang baru saja terjadi Kamis lalu dengan gempa yang menimbulkan tsunami dahsyat pada 1950 silam Disasterizen. M. Zain Tuakia menguraikan, berbeda karena sesarnya berbeda, pergerakan lempeng tidak terjadi secara vertikal, dan juga pusat gempanya ada di darat Pulau Seram.
“Posisi gempa yang terjadi di tahun 1950 itu terjadi pada sesar yang berada di bagian selatan Pulau Ambon atau di laut. Sesar ini sudah terdata oleh PuSGeN, sehingga pada peta dapat terlihat jelas ada garis merah. Sedangkan yang terjadi di Kamis kemarin itu muncul akibat baru aktifnya sesar lain yang memanjang ke arah laut bagian Timur Pulau Ambon,” jelasnya.
Selain terdapat sesar yang baru aktif, Fareza juga menyampaikan terjadinya fenomena likuefaksi tanah ditemukan di delapan titik pada lokasi Desa Liang, Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah sebagai lokasi yang lebih berat terdampak gempa dan ditinjau oleh tim. Fenomena terjadinya likuifkasi ini serupa dengan yang terjadi di Palu, namun bedanya ini tidak terlalu besar.
Kepala Pusat Penelitian Laut Dalam LIPI Ambon Dr. Nugroho Dwi Hananto, M.Si mengatakan, dari temuan tim yang dibentuk ini nantinya akan diperdalam lagi untuk disampaikan ke LIPI Pusat, BMKG, PuSGeN, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), serta ke Pemerintah Daerah. (MA)
Sumber : Beritabeta.com