Drone : Pesawat Terbang Tanpa Awak untuk Kebencanaan

Teknologi drone yang bentuknya menyerupai pesawat terbang atau helikopter ini awal mulanya dipergunakan oleh anggota militer saja. Namun, saat ini telah banyak digunakan oleh berbagai pihak, termasuk masyarakat awam. 

Ada berbagai fungsi drone, yaitu sesuai dengan siapa yang menggunakan atau diperuntukan untuk apa drone tersebut. Misalnya beberapa fungsi di bawah ini!

  1. Di dunia kemiliteran, drone digunakan untuk beragam aktivitas intelejen. 
  2. Kemudian Badan Pemerintahan biasanya menggunakan drone untuk pemetaan melalui jalur udara. 
  3. Sedangkan, di Amerika Serikat drone digunakan untuk membawa atau mengantarkan barang oleh beberapa perusahaan yang memiliki fasilitas pengiriman barang padat. Namun, bobot barang yang dikirimkan hanya untuk barang ringan sekitar 500 gram – 1 kilogram saja. Karena drone sendiri memiliki tubuh yang sangat ringan dan kecil.
  4. Nah, untuk anak muda sendiri drone biasa digunakan untuk memotret gambar dan merekam video dari ketinggian. 

Eits, tidak sampai di situ. Drone juga bisa digunakan dalam penanggulangan bencana. Misalnya saja, mengirim obat. Dalam kondisi tertentu pengiriman obat atau bantuan darah menjadi satu kesulitan yang dihadapi. Pengiriman bahan-bahan medis biasanya membutuhkan waktu lama. Namun, dengan drone bisa dilakukan hanya dengan hitungan menit. 

Lalu, drone bisa digunakan untuk pencatian dan penyelamatan korban. Sebab, hal penting dari penanggulangan bencana adalah menolong sebanyak mungkin korban selamat. Drone digunakan untuk merekam lokasi terdampak bencana, dan hasil rekaman video tersebut dibagikan sehingga bisa memberikan informasi bagi sanak saudara yang mungkin keluarganya masih terjebak di lokasi, yang selanjutnya dapat diinfokan kepada tim SAR atau pertugas terkait. 

Drone juga dapat digunakan untuk kaji cepat pascabencana, misalnya…

  • Lebih fleksibel, efektif, dan efesien dalam melakukan survei. Saat melakukan kaji cepat tidak perlu memasuki kawasan rawan bencana yang membahayakan jiwa petugas. 
  • Mampu memberikan informasi berupa gambar dan video yang dapat mendukung laporan. 
  • Data yang diperoleh dapat digunakan ke dalam peta sebagai sarana pendukung dalam penyusunan rencana operasi pada masa tanggap darurat agar lebih efektif. 

Akan tetapi, dalam menghasilkan peta risiko bencana atau peta kerusakan pasca bencana bukanlah hal yang mudah. Ada lima tahapan proses kerja untuk menghasilkan peta risiko bencana atau peta kerusakan pasca bencana yang dilakukan oleh tim drone kebencanaan yang dibagikan oleh Septian Firmansyah, Co-Founder Sky Volunteer kepada SiagaBencana.com. 

  • Planning

Mengurus perizinan tim yang kelapangan dan olah data. 

  • Aerial Data Acquisition

Menerbangkan drone.

  • Data Processing

Menjadikan hasil foto drone jadi satu tampilan peta utuh (orthophoto action)

  • Data Analysis dan Visualization

Mengelola peta utuh menjadi peta jadi seperti, peta risiko bencana dan kerusakan pasca bencana. 

  • Data Dissemination dan Advocation

Menjadi media komunikasi dengan stakeholder dan pihak terkait yang membutuhkan peta jadi. 

Semua proses ini dilakukan bersama oleh Relawan Pilot Drone dan Data Spasial. Nah, Sobat Preparizen tertarik menjadi relawan apa nih di bidang Aeronautika dan data spasial dalam kebencanaan? Tulis di kolom komentar! (MA)