Dokumentasi Sang Tsunami Senyap Selat Sunda

Tsunami Selat Sunda yang tidak terduga datangnya dan telah meluluhlantakkan pesisir Banten dan Lampung terjadi dua tahun lalu, tepatnya pada tanggal 22 Desember 2018 pukul 21.47 WIB.

Namun perlu diketahui, tsunami senyap Selat Sunda yang terjadi pada 2018 lalu bukanlah kali pertamanya terjadi. Sudah sejak tahun 416 tsunami Selat Sunda menerjang pesisir Banten dan Lampung.

Dikutip dari Jurnal Geologi Indonesia Volume 111 (4 Desember 2008) berjudul ‘Tsunamigenik di Selat Sunda : Kajian Terhadap Katalog Tsunami Soloviev’, yang ditulis oleh Yudhicara dan K. Budiono, dijelaskan sejumlah fakta terkait tsunami di Selat Sunda.

Dijelaskan dalam jurnal, bahwa ‘tsunamigenik’ adalah kejadian alam yang berpotensi menimbulkan tsunami. Kejadian tersebut berupa terganggunya air laut oleh kegiatan-kegiatan seperti letusan gunung api, gempabumi, longsoran pantai dan bawah laut, atau lain sebagainya.

Nah, di bawah ini adalah jejak perjalanan tsunami Selat Sunda berdasarkan Katalog Soloviev dan Go! Check it out!

  • Tahun 416

Di Kitab Jawa yang berjudul “Book of Kings” (Pustaka Radja), mencatat adanya beberapa kali erupsi dari Gunung Kapi yang telah menyebabkan naiknya gelombang laut dan menggenangi daratan hingga memisahkan Pulau Sumatera dan Pulau Jawa. Gunung Kapi ini diyakini sebagai Gunung Krakatau.

  • Tahun 1883

Pada tanggal 27 Agustus 1883, terjadi erupsi dari Gunung Krakatau yang diikuti oleh gelombang tsunami. Ketinggian tsunami maksimum teramati di Selat Sunda hingga 30 meter di atas permukaan laut, 4 meter di pantai selatan Sumatra, 2 – 2.5 meter di pantai utara dan selatan Jawa, 1,5 – 1 meter di Samudra Pasifik hingga ke Amerika Selatan. 

  • Tahun 1884

Lima bulan setelah kejadian erupsi Gunung Krakatau, tsunami kecil teramati di sekitar Selat Sunda, diakibatkan oleh suatu erupsi gunung api.

  • Tahun 1889

Pada bulan Agustus 1889, teramati kenaikan permukaan air laut yang tidak wajar di Anyer, Jawa Barat.

  • Tahun 1958

Di tanggal 22 April 1958, telah dirasakan gempabumi di Bengkulu dan Palembang, Teluk Banten dan Banten diiringi dengan kenaikan permukaan air laut yang meningkat secara berangsur. 

Dapat disimpulkan yang tertulis di dalam jurnal, penulis mengatakan bahwa hasil kajian dan fakta tersebut maka dapat disimpulkan tsunami yang terjadi di Selat Sunda di masa lampau dipengaruhi oleh kondisi geologi dan tektonik.

Untuk itu, ada baiknya kita selalu siaga dan sadar akan ancaman bencana. Karena ‘ia’ tak mengenal kapanpun, dimanapun, dan dirimu. Salam siaga! (MA)

Sumber : Detik.com