sejarah bencana

Dokumentasi Bencana Gempa dan Aktivitas Vulkanik di Masa Kolonial

Wilayah Indonesia merupakan daerah yang rentan akan terjadinya ancaman bencana. Selain karena faktor geologis yang berada di tiga lempeng litosferik besar, Indonesia pada masa lampau dibangun atas gabungan berbagai lempeng benua mikro dan busur api, yang digerakkan oleh proses tektonik yang kompleks hingga berada pada tempatnya saat ini. 

Proses tumbukan lempeng inilah yang menyebabkan terbentuknya berbagai jenis patahan terbesar di berbagai tempat, senantiasa menerima dan menimbun gaya tektonik dari interaksi lempeng litosfer saat ini. 

Wilayah Indonesia juga disebut sebagai wilayah the ring of fire atau cincin api. Daerah cincin api pasifik berbentuk U atau tapal kuda dengan 40.000 km. Letaknya seringkali dikaitkan dengan palung samudera, sabuk vulkanik dan pergerakan lempeng kerak bumi yang letaknya berdekatan dan terjadi secara terus menerus. Maka tidak heran jika Indonesia sering kali dilanda ancaman letusan gunung berapi. 

Jika ditelisik lebih dalam, terdapat berbagai catatan dan dokumentasi menarik yang disusun oleh para ilmuwan Belanda. Wilayah terdampak bencana yang sempat didokumentasikan tersebut meliputi Padang, Sumatera Barat tahun 1927; Wonosobo tahun 1924; Maos tahun 1923; dan Ambon tahun 1898. 

Selain itu, di bencana tersebut terdapat juga catatan aktivitas vulkanik gunung Merapi, letusan gunung api di Jawa Timur dan Flores. Adanya fakta di dalam waktu buku dokumentasi tersebut menunjukkan bahwa wilayah Indonesia memang rawan bencana, khususnya gempabumi, letusan gunung api, tsunami dan tanah longsor. 

Di bawah ini adalah beberapa catatan yang terekam! (MA)

Gempa Wonosobo pada 12 November dan 2 Desember 1924, serta Gempa Maos pada 15 Mei 1923.

Dok : masyono.staff.ugm.ac.id

Gempabumi di daratan Padang Panjang.

Dok : masyono.staff.ugm.ac.id