Diperlukan Keseragaman Pendekatan Pengurangan Risiko Bencana Berbasis Komunitas

Rabu (31/3), Ngopi PB ke-5 memilih tema ‘Pendekatan PB Berbasis Komunitas : Antara Romantisme dan Kenyataan Lapangan’ dengan narasumber dari perwakilan MPBI dan Direktur Pusat Penelitian Penanggulangan Bencana Universitas Pembangunan Nasional Yogyakarta, Dr. Eko Teguh Paripurno.

Eko menjelaskan bahwa pengurangan Risiko Bencana Berbasis Komunitas (PRBBK) ini ada nyatanya, namun keseragamannya yang berbeda, bergantung seberapa komprehensifnya mandat dan pontensi masyarakat.

Baca juga : PELAKSANAAN SATUAN PENDIDIKAN AMAN BENCANA DI INDONESIA, APAKAH SUDAH TERPENUHI

Keseragaman persepsi dan sinergitas ialah kunci agar pengurangan risiko bencana menjadi inklusif. Selain itu, ada satu hal penting untuk diseragamkan ialah pembagian peran. Harus disadari bahwa peran warga sebagai pemilik, lalu ekternal sebagai fasilitator, serta siapa wasitnya.

Ada beberapa prinsip dalam pengurangan risiko bencana berbasis komunitas yang terdapat di SNI (2017), yakni :

  1. Menggunakan pendekatan multi bahaya
  2. Berlandaskan asas perlindungan masyarakat dan berfokus pada upaya pengelolaan risiko
  3. Berpusat pada masyarakat dengan mengutamakan kemandirian dan alokasi sumberdaya lokal
  4. Merupakan gerakan kolektivitas dengan melibatkan dan mempertimbangkan semua pemangku kepentingan
  5. Berbasis pada kaidah ilmu pengetahuan dan kearifan lokal
  6. Dilakukan secara berkala dan berkesinambungan
  7. Memperhatikan prinsip-prinsip akuntabilitas sosial
  8. Integrasi ke dalam perencanaan pembanguna

Dalam pemberlakuannya pengurangan risiko bencana berbasis komunitas sebagai menu, yakni adanya seleksi dan prioritas. Serta, bahan-bahan yang bisa digunakannya, seperti local wisdom, dinamis, rekayasa teknik humanitarian, optimasi teknologi, dan regenerasi, aturan main.

Selain itu, perlu adanya identifikasi peran, fasilitasi, integrasi, dan kolaborasi pelaku agar tercapai resiliensi. Maka perlu dilakukan monitoring evaluasi, riset, pemberitaan, dan pendampingan, sebagai kontrol romantisasi terhadap kenyataan (qualitas dan keberlanjutan).

Penasaran seperti apa pembahasan Ngopi PB selanjutnya? Ikuti webinarnya setiap Rabu malam ya, Sobat Disasterizen! (MA)