Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki busur gunung api terpanjang di dunia. Maka dari itu, wilayah Indonesia sangat berisiko terjadi bencana hidrometeorologi sebesar 80%. Namun, ancaman bencana bukan untuk ditakuti. Hal ini dikarenakan ancaman bencana tidak akan menjadi bencana, jika kita bisa sadar dan mampu mengurangi risikonya.
Di kesempatan webinar yang diselenggarakan oleh Senkom Mitra Polri pada Sabtu (17/10), Edy Ermawan, Kepala Departemen PBSAR Senkom, mengatakan bahwa masyarakat harus memahami konsep living in harmony with disaster.Â
Living in harmony with disaster artinya masyarakat harus sudah siap dengan kondisi wilayah yang mereka tempati, mengharmoniskan diri mereka dengan bencana dan mengatur ruang yang baik agar meminimalkan bencana, seperti mendirikan kontruksi bangunan yang aman dan baik untuk perlindungan, memahami karakter wilayah mereka dan menjaga alam mereka. Selain itu, kondisi psikologi mereka harus sudah siap akan kerentanan wilayah mereka.
Akan tetapi, dalam melakukan upaya pengurangan risiko bencana merupakan urusan bersama bukan hanya masyarakat saja. Ketangguhan dan kesiapan bersama menjadi kunci dan garda depan dalam penanggulangan bencana, termasuk pencegahan penyebaran COVID-19. Salah satu peran dalam pengurangan risiko bencana, yaitu dari Senkom Mitra Polri.
Lilik Kurniawan, Deputi Bidang Pencegahan BNPB mengatakan bahwa Senkom Mitra Polri berada ditengah masyarakat. Misalnya saja saat terjadi erupsi Gunung Merapi dan Gunung Slamet, gempabumi di Yogyakarta, longsor di Banjarnegara, dan kebakaran hutan.
Dra. Eni Supartini, Direktur Kesiapsiagaan BNPB menambahkan kerja sama Senkom Mitra Polri dengan BNPB yaitu sebelum bencana, saat bencana, dan pasca bencana.
Jika terjadi bencana, Senkom sendiri akan terjun langsung dan koordinasi dengan prinsip membaca situasi. Senkom membantu Kepolisian dan Dinkes bila ada kecelakaan dan bencana. Keunggulan senkom pada komunikasi dan memiliki kemampuan penanggulangan kesehatan, bencana dari pelatihan yang pernah diajarin.
Sedangkan, Senkom dalam aktivitas pencegahan COVID-19 dibagi menjadi 3 yaitu edukasi, mitigasi, dan sosialisasi.
- Edukasi : Memberikan pemahaman yang baik untuk masyarakat, seperti apa yang boleh, apa yang tidak boleh dengan budaya dan kearifan lokal.
- Mitigasi : Melakukan aksi bersama dalam memutus rantai persebaran COVID-19, melibatkan pemerintah daerah, lembaga usaha, akademisi, masyarakat, dan media.
- Sosialisasi : Menyampaikan informasi tepat sasaran dengan menggunakan berbagai modal dan pelibatan berbagai pihak, sepert ulama, tokoh masyarakat, budayawan, relawan, dan lain sebagainya.
Peran Senkom dalam penanggulangan dan pengurangan risiko bencana sangat diperlukan. Tidak hanya Senkom, pelibatan semua unsur dalam kebencaaan melalui unsur pentahelix sangat diperlukan, seperti pemerintah, akademisi, media, dunia usaha, dan komunitas. Yuk, jauhkan ancaman dari kerentanan dan lakukan upaya pencegahan risiko bencana! (MA)
Sumber :Â oktavianiheni