Di Balik Kisah Kapal PLTD Apung

Sobat Disasterizen ingat tidak, 15 tahun yang lalu tepat di hari ini telah terjadi apa? Yap, betul sekali! 26 Desember 2004 silam telah terjadi gempa dan tsunami yang sangat dahsyat dan meluluhlantakkan Banda Aceh.

Tsunami ini tidak hanya menghancurkan rumah dan gedung saja, Sob. Tapi juga mendorong kapal PLTD Apung seberat 2.600 ton ke tengah pemukiman warga sejauh 4 kilometer. Namun, kapal ini sekarang telah menjadi sumber penghasilan untuk warga setempat dan situs peninggalan tsunami Aceh.

Seperti yang dilansir dari Kumparan.com, kapal PLTD Apung tersebut telah mempekerjakan 13 orang, dimana ada 4 orang berasal dari Aceh dan sisahnya berasal dari Kalimantan. Saat dilanda tsunami, ada 7 orang pekerja dari 13 pekerja yang berada di kapal PLTD Apung saat itu. Dari ke 7 orang tersebut, hanya satu yang berhasil selamat, yaitu Deriansyah, selebihnya menghilang.

Bagaimana Deri bisa selamat dari terjangan tsunami tersebut?

Jadi, sebenarnya kapal PLTD Apung sebelum ke Aceh, telah bertugas ke Kalimantan. Sehingga sebagian besar pekerjanya saat itu berasal dari Borneo. Kemudian, kapal itu dikirim ke Aceh untuk memenuhi kebutuhan listrik. Seperti yang sudah kita ketahui, sebab di tahun 2000-an konflik antara Gerakan Aceh Merdeka dengan Republik Indonesia sedang memanas.  

Nah, pada hari Minggu tanggal 26 Desember 2004, Kapal PLTD Apung sedang berlabuh di Pelabuhan Ulee Lheue, Kota Banda Aceh. Setelah gempa berkekuatan M 9,2, dari atas Kapal PLTD Apung, Deri melihat air laut surut. Kawasan pelabuhan Ulee Lheue, tempat kapal berlabuh menjadi kering. Kejadian itu begitu cepat. Kemudian posisi kapal pun bergeser sedikit miring.

Deri dan enam pekerja yang piket di Kapal PLTD Apung kemudian bergegas keluar dan turun ke daratan. Mereka kemudian berlari ke arah jalan Ulee Lheue. Baru sekitar 10 menit mereka berlari, tiba-tiba dari arah laut terdapat suara gemuruh disertai gelombang tinggi menggulung. Lantas mereka pun terhempas gelombang raksasa tersebut.

Deri pun terseret arus ke laut. Saat gelombang kedua, Deri didorong ke daratan dan kembali ditarik ke laut ketika air surut. Ketika di laut itulah, Deri mengambil sebuah pelampung yang terhempas dari kapal. Pelampung itu digenggamnya di antara puing-puing sampah yang diseret tsunami.

Pada gelombang ketiga datang, Deri terseret sampai ke belakang kampus Universitas Iskandar Muda. Kampus ini letaknya hanya beberapa meter dari posisi kapal PLTD Apung yang sekarang di Gampong Puge Blang Cut.

Baca juga : LEGENDA SMONG YANG MENYELAMATKAN SIMEULUE

Dari belakang Unida, Deri melihat corong Kapal PLTD Apung. Menurut Faisal, kondisi Deri saat itu mengalami luka parah. Sekujur badannya terluka akibat terkena goresan seng dan puing-puing tsunami. Meski demikian, Deri kala itu berjalan merangkak dan tertatih-tatih menuju ke arah cerobong kapal.

Seperti itulah kisah Deri yang selamat dari terjangan ganasnya ombak kala itu yang diceritakan oleh Faisal pada video yang diputarkan di lambung Kapal PLTD Apung. Faisal adalah salah satu pekerja kapal PLTD Apung yang mendapat tugas mengganti jadwal piket operator Kapal PLTD Apung. Tetapi, belum sempat ia berangkat, gempa berkekuatan 9,2 Skala Richter mengguncang bumi Aceh dan terjadi tsunami.

Semoga dengan adanya video tersebut bisa menjadi pelajaran untuk kita semua, bahwa kita harus selalu siaga dalam keadaan apapun. Salam siaga! (MA)

Sumber : Kumparan.com