Dampak Perubahan Iklim Pada Wilayah Pesisir

Berbicara soal perubahan iklim, pasti yang terlintas dalam pikiran adalah aktivis remaja bernama Greta Thunberg. Greta Thunberg, ia adalah seorang remaja perempuan asal Swedia yang telah menginspirasi banyak orang untuk melawan perubahan iklim. Sebab, perubahan iklim saat ini masih menjadi masalah utama untuk seluruh negara di dunia.

Perubahan iklim lekat dengan perubahan suhu yaitu semakin meningkatnya suhu di bumi. Kenaikan suhu rata-rata di seluruh dunia sekitar 2°C dan mungkin akan naik sekitar 4°. Walaupun dirasakan tidak terlalu terdampak saat ini, ternyata efek yang ditimbulkan sangat besar. Karena kenaikan suhu akan mempengaruhi kondisi lain, seperti es di kutub karena mencair, curah hujan akan berubah dan meningkatnya volume air laut. Contohnya jika ada daerah-daerah yang memiliki curah hujan tinggi, maka akan lebih tinggi lagi curah hujannya.

Selain itu, dampak yang ditimbulkan oleh perubahan iklim terhadap wilayah Indonesia yaitu akan sangat berdampak pada ekosistem laut atau pesisir dibandingkan dampak di sektor lainnya. Hal ini dikarenakan Indonesia merupakan negara maritim. Pada intinya ekosistem laut sangat rentan terdampak karena perubahan iklim.

Berbicara tentang ekosistem laut, ada satu fenomena dengan kenaikan permukaan air laut dan mengancam setiap daerah di dataran rendah. Skenario paling parah jika tidak melakukan apapun, yaitu maka akan naik sekitar 1.1 meter.

Kenaikan muka air laut akan memperparah bencana lain, seperti banjir pesisir atau banjir rob, erosi pantai atau abrasi, merusak infrastruktur di kawasan pesisir (dermaga, pelabuhan) dan dikombinasikan dengan kejadian lain seperti curah hujan, merubah kualitas air di wilayah perairan dan perubahan pada gelombang laut, angin laut dan perubahan suhu di permukaan laut.

Hal tersebut akan merubah pola ekosistem atau habitat dari biota laut. Lalu dampak yang lain ialah fenomena perubahan keasaman laut yang sangat merubah kondisi laut itu sendiri dan bisa berdampak pada ekosistem dan keberlangsungan koral di laut.

Jimmy Kalther, Alumni Ilmu Kelautan UNPAD pada webinar Climate Change and Coastal Disaster, Jakarta (8/10), mengatakan ada satu penelitian oleh satu NGO, mengatakan bahwa pada tahun 2050 sekitar 23 juta orang memiliki potensi akan kehilangan tempat tinggalnya, karena dampak dari banjir di pesisir.

Selain banjir pesisir, ada fenomena erosi pantai yang diperparah oleh kenaikan air laut dan perubahan iklim, sehingga akan mempengaruhi masyarakat di daerah pesisir (aktivitas perikanan, tambak, dan sebagainya). Faktanya berdasarkan info KKP (2018), erosi pantai di Indonesia dapat dikatakan sangat tinggi, sudah sekitar 30.000 Hektare hilang dalam 15 tahun. Beberapa daerah yang mengalami erosi pantai ialah Kalimantan, Pesisir Jawa, dan sebagainya. Terdapat beberapa rekomendasi yang bisa dilakukan untuk meminimalisir bencana yang diakibatkan erosi pantai, yaitu:

  • Protection

Kegiatan melindungi orang, properti, infrastruktur yang ada di wilayah tersebut. Misalnya pembangunan struktur keras di Jakarta, tanggul di Pekalongan, pembangunan soft structure dengan memanfaatkan bahan-bahan lebih murah, seperti kayu dan menggunakan pelindung alami seperti mangrove, atau bahkan bisa melakukan secara tradisional dengan menggunakan karung-karung pasir.

  • Accommodation

Menyesuaikan aktivitas manusia agar tetap berlanjut, misalnya rumah ditinggikan atau membuat rumah panggung dengan struktur yang kuat. Menggunakan pendekatan alternatif berkaitan dengan mata pencaharian, dulunya petani sekarang dialihkan menjadi tambak.

  • Retreat

Relokasi atau pindah ke tempat yang lebih aman. Kemudian daerah yang ditinggalkan dikembalikan kepada fungsi ekosistem pesisir. Contohnya ada di Pekalongan, warganya pindah ke tempat lebih aman dan daerahnya dialihfungsikan menjadi sabuk pantai misalnya menanam mangrove.

Oleh sebab itu, perlu ada kerja sama pada seluruh masyarakat, lembaga, dan pemerintah untuk melakukan pencegahan perubahan iklim agar tidak lebih parah lagi. (MA)