Selain Rapid Test, Swab, dan TB-TCM, ada lagi nih yang terbaru Sob! Ternyata, beberapa peneliti di Korea Selatan sedang mengembangkan alat yang juga mampu mendiagnosis virus COVID-19. Tes ini jauh lebih cepat dan murah dibandingkan dengan tes lainnya yang mana akurasinya malah terkadang bermasalah.
Peneliti Edmond Changkyun Park, Seung Il Kim dan tim dari Research Center for Bioconvergence Analysis, Korea Basic Science Institute, membuat alat yang mereka namakan COVID-19 FET yang bisa mendeteksi virus corona (COVID-19) dengan menggunakan sensor arus listrik.
Riset Edmond dan rekannya baru melakukan tahap awal dengan sampel yang sangat terbatas. Alatnya pun belum diproduksi secara massal. Jadi ini baru riset tahap laboratorium skala kecil. Akan tetapi, pengembangan dari alat ini diharapkan bisa menghasilkan alat deteksi virus yang cepat dan akurat.
Seperti yang sudah kita ketahui, rapid test ini mendeteksi virus dengan sampel darah membutuhkan waktu 10-15 menit. Sedangkan untuk Swab yang menggunakan sampel lendir diperlukan waktu setidaknya 6 jam sampai 3 hari, dan TB-TCM hasil testnya akan keluar dalam jangka waktu kurang dari dua jam.
Nah untuk menghemat waktu, alat buatan Edmond dan rekannya, COVID-19 FET sensor, mampu membedakan sampel dari pasien terinfeksi COVID-19 dan orang sehat hanya dalam 1-3 menit. Edmond dan rekannya membuat COVID-19 FET sensor menggunakan Field-Effect Transistor (FET) alias transistor efek medan. Seperti prinsip transistor, FET mampu mengalirkan arus listrik yang diberikan. Arus yang mengalir pada FET sensor dapat terhambat dan menimbulkan sinyal-sinyal yang tidak diinginkan (noise signal) sehingga dapat mempengaruhi akurasi hasil pengujian.
Jangan khawatir soal arus listrik, sebab para peneliti menggunakan graphen pada sensor tersebut agar arus listrik dapat mengalir dengan baik. Grapen merupakan konduktor berbentuk lembaran yang tersusun dari karbon, saling berikatan, dan membentuk struktur seperti sarang lebah. Graphen terlebih dulu diikatkan dengan antibodi yang spesifik dengan protein spike (salah satu penyusun virus) dari virus SARS-CoV-2.
COVID-19 FET sensor nantinya akan mendeteksi virus SARS-CoV-2 melalui perubahan arus listrik yang terjadi ketika protein spike pada selimut virus berikatan dengan antibodi pada sensor.
Baca juga : PEMBERLAKUAN SISTEM GANJIL GENAP PADA PASAR
Selain itu, persiapan sampel untuk pengujian menggunakan COVID-19 FET sensor sangat sederhana. Sampel dilarutkan ke dalam larutan fosfat alias phosphate-buffered saline (PBS) dengan pH 7.4. Kemudian, sampel diletakkan di atas sensor dan dialirkan arus listrik.
Ketika mereka memberikan sampel protein spike murni, atau hasil pengembangbiakan virus SARS-CoV-2 ke sensor, atau sampel swab lendir dari pasien COVID maka terjadi ikatan dengan antibodi pada sensor yang menyebabkan arus listrik yang mengalir lebih besar dibandingkan ketika tidak ada ikatan sama sekali.
Perubahan arus inilah yang dijadikan para peneliti sebagai indikator keberadaan virus SARS-CoV-2, grafik perubahan listrik yang terjadi pada sampel antara normal pasien dan COVID-19 pasien. Jika diproduksi hanya sekitar Rp 300.000.
Wah, semoga penelitian ini bisa terus dikembangkan dan disebarluaskan untuk menyembuhkan serta mengurangi penyebaran virus corona ya Sobat Disasterizen! Yuk tetap jaga kebersihan dan melakukan physical distancing ya, karena pandemi ini belum berakhir! Stay healthy! (MA)
Sumber : The Conversation Indonesia