(SiagaBencana.Com-Depok), Departemen Geografi FMIPA Universitas Indonesia sebagai institusi yang memberikan pelayanan kepada seluruh civitasnya perlu meningkatkan kapasitas khususnya mahasiswa, dosen dan tenaga pendidikan di lingkungan kampus dalam menghadapi ancaman gempa bumi di masa yang akan datang.
Salah satu upaya kesiapsiagaan yang dilakukan adalah dengan melaksanakan pelatihan dengan memberikan pembekalan pengetahuan penanggulangan bencana dan keterampilian evakuasi mandiri serta penyelamatan diri kepada mahasiswa yang mengikuti perkuliahan penilaian risiko bencana.
Kegiatan bertajuk “Peningkatan Kapasitas Mahasiswa Geografi UI dalam Menghadapi Ancaman Gempabumi” dilaksanakan pada Sabtu (28/09) bertempat di Gedung H Departemen Geografi FMIPA Universitas Indonesia kampus Depok Jawa Barat.
Acara ini selenggarakan oleh Departemen Geografi FMIPA UI yang didukung oleh Yayasan Adaptasi Bencana Indonesia, PetaBencana, dan Disaster Risk Reduction Center Universitas Indonesia.
Turut hadir memberikan sambutan pada pembukaan acara, Dr. Tito Latif Indra selaku Wakil Dekan Bidang Sumber Daya, Ventura, dan Administrasi Umum Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia didampingi Perwakilan dosen pengampu mata kuliah Nurul Sri Rahatiningtyas, M.Si beserta narasumber kegiatan antara lain Tasril Mulyadi, Fasilitator Yayasan Adaptasi Bencana Indonesia (YABI) dan Shanti Adhiatma beserta Krishna Aditama dari Yayasan Peta Bencana.
Dalam pengantar kegiatannya, Nurul menjelaskan pemutakhiran jalur sesar aktif peta gempa 2017 yang dilaksanakan oleh Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Pusat Gempa Nasional (PuSGeN), dan BRIN hngga tahun 2024, mencatat bahwa saat ini terdapat penambahan segmen gempa aktif menjadi sebanyak 55 segmen di Sumatera, 37 segmen di Jawa, 48 segmen di Sulawesi, 80 segmen di Papua-Maluku, dan 49 segmen di Nusa Tenggara.
“Kondisi tersebut membuat kerawanan seluruh wilayah Indonesia terhadap gempa bumi menjadi meningkat”, Jelas Nurul.
Pengetahuan mengenai parameter gempa yang terus bertambah dan berkembang, menyebabkan kita mampu mengidentifikasi sesar aktif dengan lebih baik dari sebelumnya.
“Di Jawa sendiri, pada Peta Gempa 2010 tercatat terdapat 6 sesar aktif. Adapun pada Peta Gempa 2017 terdapat 31 sesar aktif. Pada Peta Gempa 2024, diperkiraan setidaknya ada sekitar 75 sesar aktif di Jawa”, ungkap Nurul.
Universitas Indonesia kampus Depok Jawa Barat sendiri, pernah merasakan dampak gempa bumi yang memiliki pusat gempa di Cianjur dan terjadi pada tanggal 21 November 2022 dengan magnitude (M) 5,6. Gempa bumi yang terjadi pada siang hari dan saat sedang berlangsungnya kegiatan perkuliahan, cukup menimbulkan kepanikan bagi Civitas Universitas Indonesia yang sedang berada di kampus.
Pelatihan berdurasi tiga jam tersebut dan diikuti oleh setidaknya 80 orang peserta bertujuan untuk meningkatkan pemahaman terkait tingkat risiko yang ada di Gedung Departemen Geografi FMIPA Universitas Indonesia, meningkatkan kemampuan menghadapi kondisi darurat dan meningkatkan kemampuan melakukan evakuasi mandiri pada saat kondisi darurat.
Adapun materi pelatihan yang disampaikan oleh narasumber antara lain: Konsepsi manajemen penanggulangan bencana, Gotong Royong Digital dalam Menghadapi Bencana Gempa Bumi bersama PetaBencana.id dan Kesiapsiagaan bencana di lingkungan kampus (praktik dan simulasi). (/TM)