Cara Unik Desa Henda Dalam Mengelola Hutan

Indonesia memang dikenal sebagai paru-paru dunia, makanya banyak banget deh hutan tropis di negara meritim yang satu ini. Lahan gambut di Indonesia pun juga besar! Menurut Global Wetland, Indonesia menduduki peringkat kedua setelah Republik Kongo, yang mana lahannya mencapai 22,5 juta hektare.

Lahan gambut ini juga memiliki berbagai macam manfaat lho, misalnya saja menyimpan 30% karbon di dunia, mencegah kekeringan, dan mencegah pencampuran air asin di irigasi pertanian. Gambut yang memiliki manfaat dan pesona, kini menjadi sumber masalah jika tidak dikelola dengan baik. Salah satu caranya adalah dengan menggunakan cara kearifan lokal.

Baca juga : PENGURANGAN RISIKO BENCANA MILIK MASYARAKAT MINANG

Contohnya adalah Desa Henda, Pulau Pisang, Kalimantan Tengah ini! Desa Henda ini memiliki cara tersendiri dalam mengelola hutan dan lahannya Sobat Disasterizen. Jadi ketika membuka lahan, yang mereka lakukan pertama kali adalah menebas daun-daun pada pohon. Setelah mereka menebasnya, dua sampai tiga minggu kemudian baru menebang pohon menggunakan kapak dan parang.

Mereka menunggu kembali sekitar dua sampai tiga minggu, dengan istilah mamakau. Lalu membuat sekat batas dan membakar kayu-kayu hasil tebangan. Cara membakarnya pun juga ada aturannya, yaitu berlawangan dengan arah angin. Hal ini dilakukan untuk mengendalikan api yang berkorbar dan tidak terlalu cepat terbakar. Abu hasil dari pembakaran pun dapat digunakan untuk menyuburkan tanah. Nah sekitar bulan November, mulailah mereka kembali menanam.

Ada sebagian orang berpikir kalau kebakaran hutan yang terjadi selama ini disebabkan oleh masyarakat lokal. Namun sayangnya tidak, mereka pun takut dengan peraturan yang dibuat oleh pemerintah tentang membakar hutan. Tetapi kalau mereka tidak meladang, mereka makan darimana? Sebab itu, mereka menggunakan cara sendiri untuk membuka lahannya.

Bukan hanya itu saja, ada tokoh-tokoh adat yang dapat membaca adanya tanda-tanda alam. Tokoh tetua adat Desa Henda mengatakan bahwa panjang pandang nyilo jitoh atau kemarau panjang tahun ditandai dengan adanya gerhana bulan.

Selain itu, tanda-tanda yang berhubungan dengan kemarau diantaranya jika ada bintang yang sangat cerah di Timur, bertanda akhir kemarau. Sedangkan jika bintang tersebut ada di Barat, hal tersebut berarti kemarau pendek. Tanda-tanda lain kemarau adalah adanya tanda merah di langit dan ikan-ikan kecil masuk ke sungai-sungai besar akibat sungai kecil kering.

Yang seperti ini nih harus dicontoh! Mereka memanfaatkan alamnya, tapi juga tetap menjaga alamnya. Mereka tidak serakah seperti oknum tidak bertanggung jawab yang membabat habis hutan-hutan kita ini. Budayakan sadar menjaga hutan kita ini dari sekarang yuk! (MA)

Sumber : Youtube (Lestari) & Buku Desa Peduli Gambut (Badan Restorasi Gambut)