banten dan jakarta tahun 1699

Bumi Guncangkan Banten dan Jakarta Tahun 1699

5 Januari 1699, gempa cukup besar pernah mengguncang wilayah Banten dan Batavia. Pada saat itu, Nusantara masih diduduki oleh VOC-Belanda yang dipimpin oleh Gubernur Jenderal Willem van Outhoom (1691-1704). 

Berdasarkan penelitian yang berjudul “Indonesia’s Historical Earthquakes” dalam Geoscience Australia (2015) yang disusun Jonathan Griffin dan kawan-kawan menyebutkan, gempa di tahun 1699 merupakan gempa bersejarah yang paling signifikan pada abad ke-17. 

Anthony Reid melalui buku Historical Evidence for Major Tsunamis in the Java Subduction Zone (2012) menuliskan bahwa guncangan saat itu besar dan kuat jika dibandingkan dengan gempabumi yang pernah terjadi. 

Selain itu, menurut data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang disajikan dalam makalah bertajuk “Palaeotsunami, Interdisciplinary Study of the South Java Giant Tsunami” (2017), gempa tersebut terjadi ketika Batavia diguyur hujan deras pada pukul 01.30 dini hari. 

Di Bantam (Banten) dan sebagian daerah di Jawa bagian barat lainnya, termasuk Buitenzorg (Bogor) dirasakan gempa susulan pada pukul 06.00 pagi, demikian pula masyarakat di Lampung dan sekitarnya yang juga merasakan guncangan yang cukup besar. 

Perkiraan Penyebab Gempa 

Pusat gempabumi pada 5 Januari 1699 memang belum bisa dipastikan, ada pendapat yang memperkirakan gempa tersebut berpusat di suatu tempat antara Cisalak hingga Lampung. Perkiraan lainnya, gempabumi terjadi akibat tumbukan Lempeng Indo-Australia dan Eurasia yang termasuk dalam zona megathrust. Zona ini sudah terbentuk berjuta-juta tahun yang lalu. 

Menurut Peta Sumber Gempa Nasional (2017), ada tiga lokasi di Jawa yang berpotensi menimbulkan gempabumi besar dalam Zona Megathrust, yakni Selat Sunda, pesisir selatan antara Jawa Barat dan Jawa Tengah, serta segmen Jawa Timur hingga Bali. 

Selain itu, ada perkiraan lain yang juga bisa menjadi salah satu penyebab gempabumi yang melanda Batavia, Banten, hingga Lampung, yaitu meletusnya Gunung Salak di Bogor pada malam tanggal 4 Januari 1699 atau beberapa saat sebelum gempa terjadi. 

Akibat dari erupsi tersebut, lereng Gunung Salak mengalami longsor yang cukup parah dan menimpa aliran sungai sehingga mengganggu akses transportasi serta ketersediaan air bersih di Batavia dan sekitarnya. 

Bahkan, Reid dalam bukunya mencatat puluhan rumah dan gerdung serta lumbung di Batavia rusak, dan 28 orang tidak ditemukan. Kerugian dialami pula di Lampung, Banten, Bogor, serta beberapa tempat di Jawa Barat dan Sumatera. (MA)

Sumber : Tirto.com