SIAGABENCANA.COM – Minggu (26/5/24), Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) telah menerjunkan tim drone ke wilayah terdampak banjir bandang lahar dingin (galado) yang terjadi di Sumatera Barat.
Galado merupakan istilah yang digunakan oleh masyarakat Minangkabau untuk menamai aliran sungai yang disertai dengan sendimen (pasir, kerikil, batu, dan air) dalam satu paket/unit dengan kecepatan tinggi atau air bah. Galado sendiri terjadi di Kabupaten Agam, Tanah Datar, dan Padang Panjang pada Sabtu (11/5/24).
Tim drone terdiri dari dua orang personil Direktorat Pemetaan dan Evaluasi Risiko Bencana BNPB bersama dengan satu orang pilot drone dari Asosiasi Pilot Drone Indonesia (APDI) dan satu orang pilot dari Sky Volunteer ini menerbangkan tiga drone berjenis tetracopter Autel Evo II, yang mana pesawat tanpa awak dengan empat baling-baling. Penurunan tim drone tersebut guna melakukan pemetaan yang lebih luas terhadap area terdampak galado Sumatera Barat sekaligus memetakan potensi bencana susulan yang mungkin terjadi.
FOTO : BNPB
Pemetaan dilakukan oleh tim dengan menuju lereng Gunungapi Marapi di sisi Kabupaten Tanah Datar dengan titik fokus di wilayah Sungai Jambu, Pasir Lawas, dan Sigarunggung. Aliran sungai yang berhulu ke Marapi di tiga wilayah tersebut disinyalir terdapat material batuan yang mengganjal dan berpotensi menghambat jalannya aliran air.
Sebelumnya, BNPB bersama dengan perwakilan forkopimda Tanah Datar telah melakukan pemantauan udara dengan menggunakan helikopter di tiga titik lokasi ini, tapi tidak mencapai hasil yang maksimal karena kendala cuaca.
FOTO : BNPB
Area pemetaan yang digunakan kali ini secara umum mengacu pada wilayah kerja yang sudah disiapkan berdasarkan hasil analisis dan laporan area terdampak yang dapat dicek melalui portal inaRisk (https://inarisk.bnpb.go.id/tanggapdarurat_sumbar)
Dengan keadaan cuaca mendung disertai gerimis ringan, pada operasi drone hari ini tim berhasil menerbangkan pesawat nirawak berwarna oranye hingga ketinggian 200 meter yang mencakup area seluas 40 hektar.
FOTO : BNPB
Hasil pemantauan visual yang didapatkan kali ini antara lain belum ditemukannya batu besar yang akan berpotensi menjadi blocking aliran air pada alur sungai Jambu, Pasir Lawas, dan Sigarunggung.
Tindak lanjut hasil pemetaan hari ini akan menjadi acuan untuk pelaksanaan upaya penanganan darurat sesuai empat kesepakatan langkah lanjutan penanganan banjir lahar hujan di Sumatra Barat, yaitu normalisasi aliran sungai, pemasangan unit early warning system (EWS), demolish, dan pembangunan sabo dam.