Sobat Disasterizen, kebayang tidak hidup dan bertahan di jalur gempa? Rasa takut yang menghantui sudah pasti sering terjadi. Seperti halnya dengan masyarakat lembah-lembah di kaki Bukit Barisan. Lembah-lembah sekitar 13 juta tahun lampau itu ternyata menyimpan patahan raksasa, sehingga gempa nyaris tak berhenti.
Inilah Patahan ”Besar” Sumatra, zona kematian sepanjang 1.650 kilometer yang berdampingan dengan zona kehidupan sejak zaman prasejarah. Jalur patahan itu memotong 13.188 jembatan dan melewati 7 provinsi, 43 kabupaten/kota, 258 kecamatan, dan 2.286 desa. Sebanyak 3.829.898 warga tinggal di sepanjang 2,5 km di kanan-kiri garis patahan ini.
Menurut catatan Danny Hilman, ahli gempa Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, sudah sejak 1890-an hingga 1990-an terjadi 21 gempabumi besar di sepanjang Patahan Besar Sumatra. Nah ini artinya, patahan tersebut berpotensi melepas 1-2 kali gempa besar tiap dekade. SiagaBencana.com kasih contoh nih, gempa M 7 di Liwa (1994), gempa Kerinci M 7 (1995), gempa Kerinci M7 (2009), dan gempa Singkarak-Solok M 6,4 pada 6 Maret 2007.
Baca juga : KELUARGA TANGGUH BENCANA
Lalu harus bagaimana? Sudah tentu, mereka harus mengetahui kesiapsiagaan dan cara mengurangi risiko ancaman bencana.
Tapi ada yang unik nih, Disasterizen! Masyarakat Pulau Sumatra, khususnya di sepanjang Bukit Barisan dan pantai barat yang rawan gempa, memiliki batu sandi. Batu sandi atau disebut dengan Umpak ini adalah salah satu teknik konstruksi bangunan tradisional tahan gempa dan menjadi ciri khas yang bisa ditemui di rumah-rumah tradisional.
Batu sandi ini biasanya dikombinasikan bersama material kayu dan teknik sambungan sendi pada kerangka utama dengan pasak yang membuat bangunan lentur dan tahan menghadapi gempabumi. Hal ini digunakan sebagai peredam getaran dari tanah ketika terjadi gempa sehingga tidak berdampak pada bangunan di atasnya.
Menarik sekali ya Sobat Disasterizen? Dari keanekaragaman budaya yang dimiliki Indonesia ini, bisa menyelamatkan jiwa dan mengurangi risiko ancaman bencana. Eits, bukan hanya ini saja. Ada beberapa lainnya yang bisa kamu contoh, coba cek di sini! (MA)
Sumber : Agung Setyahadi, Prasetya Eko P, Ingki Rinaldi, Ahmad Arif (Jelajah Kompas)