Berkaca Pada Tsunami Papua Nugini 1998

Sudah 21 tahun sejak gempabumi besar mengguncang Papua Nugini pada 17 Juli 1998. Tidak hanya gempabumi saja Sobat Disasterizen, tsunami pun juga menyusul dan mengobrak-abrik seluruh wilayah Desa Sissano, Warapu, Arop, dan Malomo di pantai utara Papua Nugini dan menewaskan sedikitnya 2.312 jiwa, menghancurkan 7 desa dan mengakibatkan ribuan orang kehilangan tempat tinggal.

Menurut Hugh Davies dalam bukunya tentang peristiwa 1998, Aitape Story, saat terjadi gempabumi, masyarakat sedang berada di pesisir, berkumpul untuk makan malam. Gempa tersebut menyebabkan beberapa kerusakan pada struktur bangunan dan retakan di tanah.

Setelah itu, masyarakat mendengar suara yang sangat keras seperti bom dan pergi ke pantai untuk melihat suara asing tersebut. Setelah sampai di bibir pantai, mereka melihat laut telah ‘berbuih’, dan dari kejauhan terlihat gelombang besar. Lantas masyarakat berlari menyelamatkan diri dari gelombang besar yang menghampiri. Berbagai macam cara mereka lakukan, seperti memanjat pohon atau mendorong perahu mereka ke danau pinggir laut. Namun karena cepatnya gelombang datang, banyak juga yang tersapu tsunami tersebut.

Tsunami di Papua Nugini telah mencapai ketinggian kurang lebih 15 meter (49 kaki) di desa Arop dan 10–15 meter pada bentangan garis pantai 25 km (15 mil) dari desa Sissano ke Teles. Tsunami tersebut 10 menit datang lebih lambat dari yang diperkirakan, dan para ilmuwan mengatakan bahwa tanah longsor bawah laut yang dihasilkan oleh gempabumi lah penyebab timbulnya tsunami.

Baca juga : MENAKJUBKAN, 1.600 SISWA IKUT SIMULASI EVAKUASI MANDIRI

Belajar Dari Bencana

Sudah sejak tahun 1990, masyarakat Papua Nugini tidak pernah sadar akan ancaman bencana, terutama risiko ancaman tsunami. Akan tetapi, setelah tsunami menerjang pada 1998 silam dan terdapat sebuah video dokumenter. Inilah yang membantu masyarakat Papua Nugini mengerti kenapa dan bagaimana bencana tsunami terjadi. Video tersebut menayangkan bagaimana cara masyarakat harus menyelamatkan diri dari ancaman gempabumi dan tsunami.

Setahun kemudian, video itu ditayangkan kepada penduduk Vanuatu di tahun 1999.  Vanuatu adalah sebuah pulau yang tidak jauh dari Papua Nugini. Tiga minggu kemudian setelah pemutaran film tersebut, yaitu pada tanggal 26 November 1999 terjadi gempabumi berkekuatan M 7,5 dan diikuti oleh tsunami setinggi 6,6 meter. Karena penduduk desa sudah menonton video tersebut, hanya 5 orang dari kurang lebih 300 orang yang meninggal akibat tsunami.

Bagaimana tanggapan kamu Disasterizen? Sudah terbuktikan bahwa mengedukasi cara pengurangan risiko bencana sangat ampuh mengurangi jatuhnya korban jiwa? Sekarang, apakah kalian sudah sadar akan bencana dan mengedukasi ke orang terdekatmu? (MA)

Sumber : www.ncei.noaa.gov