Sekolah bukan hanya tempat untuk belajar saja, tapi juga sebagai rumah kedua bagi anak-anak. Maka dari itu, perlindungan terhadap ancaman bencana juga harus terus diperhatikan, seperti; fasilitas, manajemen sekolah aman bencana, pendidikan pencegahan dan pengurangan risiko bencana.
Perlu diketahui, itu semua ternyata sudah diterapkan oleh kawan-kawan di Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri 02 Jakarta dan SLB Nur Abadi. Indrawati Saptariningsih, M.Pd, Wakil Kepala Sekolah SLB Negeri 02 Jakarta, bercerita saat SiagaBencana.com temui dalam acara One Day Workshop di Hotel Balairung Jakarta, bahwa SLB Negeri 02 Jakarta melakukan simulasi bencana setiap dua kali dalam satu semester dan tanggal 26 April (Hari Kesiapsiagaan Bencana). Berdeda dengan SLB Nur Abadi yang mengadakan setiap awal semester.
“Sekolah seperti kami mengadakan setiap awal semester pembelajaran, jadi masing-masing sekolah itu berbeda. Bagaimana kesepakatan sekolah saja dalam mengadakan simulasi bencana dalam satu semester,” kata Herlinawati H.Malau, S.Pd, Wakil Kepala Sekolah SLB Nur Abadi.
Seperti yang kita ketahui, kalau murid SLB ini berbeda dengan sekolah pada umumnya. Tapi dalam memberikan pengetahuan tentang pengurangan risiko bencana di sekolah sama seperti pada sekolah umum lainnya, yang membedakannya hanya dari segi teknisnya, seperti menggunakan bahasa isyarat, video, gambar, benda asli dan lain sebagainya. Begitupun juga ketika mengadakan simulasi ancaman bencana, khusus murid tunagrahita ini menggunakan metode demonstrasi.
Baca juga : CONTOH YUK SEKOLAH HATI KUDUS DALAM MENGHADAPI ANCAMAN BENCANA
“Ketika mengadakan simulasi pun untuk anak-anak tunagrahita kita pakai metode demonstrasi dan harus sering-sering melakukan simulasi. Jadi ketika anak-anak mendengar suara alarm, guru menunjukkan cara berlindung dan anak-anak mempraktikkan langsung. Kalau sekolah umum mungkin 40 anak, kita instruksi saja untuk berlindung di bawah meja. Sudah selesai. Inilah yang membedakannya dengan sekolah umum lainnya,” ujar Indrawati.
Untuk mengatasi murid yang sulit diatur dalam simulasi bencana, kedua SLB ini pun memiliki cara tersendiri, yaitu dengan melakukan pendekatan individual pada setiap murid. Hal ini dilakukan karena setiap anak memiliki karakterisktik berbeda.
Bahkan, di saat situasi banjir dan hari pertama sekolah. Murid SLB Negeri 02 Jakarta tidak langsung memulai kegiatan belajar, melainkan bercerita apa yang mereka alami saat terjadi banjir. Tidak sampai di situ saja, murid pun juga menggalang dana dan berkunjung ke tempat yang terkena musibah banjir.
Wah, hebat sekali bukan Sobat Disasterizen? Jadi, apakah sekolah kalian sudah melakukan yang dilakukan kedua sekolah ini? (MA)