Siapa sangka kalau ternyata segudang kearifan lokal yang dimiliki negara dengan julukan ‘supermarket bencana’ ini adalah berbasis mitigasi bencana. Salah satu contoh kearifan lokal berbasis mitigasi bencana adalah Nyabuk Gunung.
Nyabuk Gunung merupakan istilah dari Jawa Tengah, sedangkan pada Jawa Barat disebut dnegan Ngais Gunung, dan di Bali disebut Sengkedan. Istilah ini merupakan adopsi budaya lokal di bidang lingkungan hidup yang merupakan salah satu tindakan konservasi tanah, yaitu bercocok tanam dengan cara mengikuti kontur, searah dengan kontur atau garis ketinggian. Sehingga dari jauh nampak melingkari gunung, seperti sabuk. Nyabuk Gunung ialah teknik pembuatan sawah yang searah dengan garis kontur.
Dengan teknik budidaya ini, kecepatan air aliran permukaan tanah dapat dikurangi, sehingga laju erosi dapat berkurang dan dapat mencegah terjadinya bencana longsor.
Nyabuk Gunung tidak hanya memuat contour farming saja, namun juga strip cropping. Strip cropping adalah suatu sistem bercocok tanam yang beberapa jenis tanaman ditanam dalam strip yang berselang-seling pada sebidang tanah di waktu yang sama dan disusun memotong lereng atau menurut garis kontur.
Penanaman dalam strip (strip cropping) adalah suatu sistem bercocok tanam yang beberapa jenis tanaman ditanam dalam strip yang berselang-seling pada sebidang tanah pada waktu yang sama dan disusun memotong leren atau menurut garis kontur.
Biasanya tanaman yang digunakan adalah tanaman pangan atau tanaman semusim lainnya diselingi dengan strip-strip tanaman yang tumbuh rapat berupa tanaman penutup tanah atau pupuk. (MA)
Sumber : Buku Kearifan Lokal Dalam Mitigasi Bencana