Berbagai Macam Inovasi Teknologi dalam Pengelolaan Risiko Bencana Berbasis Komunitas

 SIAGABENCANA.COM – Indonesia adalah negara yang terletak di lingkar cincin api. Maka kemampuan dari setiap masyarakat Indonesia dalam mengantisipasi dan menanggulangi risiko bencana sangatlah diperlukan. Salah satu konsep yang bisa diterapkan oleh masyarakat adalah pengelolaan risiko bencana berbasis komunitas atau biasa disingkat PRBBK.

Pengelolaan risiko bencana berbasis komunitas bisa dilakukan dengan berbagai cara, misalnya saja melalui teknologi digital. Penilaian tersebut tersaji dalam Konferensi Nasional Pengurangan Risiko Bencana Berbasis Komunitas XIV 2021 (KN-PRBBK) yang diselenggarakan oleh Masyarakat Penanggulangan Bencana Indonesia (MPBI) pada Tematik 7 hari ini, Kamis (23/09/21) dengam tema “Inovasi PRBBK dan Teknologi Digital”.

Pada Tematik 7 di KNPRBBK ini membicarakan bagaimana komunitas memanfaatkan teknologi dalam pengurangan risiko bencana dengan berbagai narasumber, yakni :

  • Abah Lala dari Gugus Mitigasi Lebak Selatan,
  • Agustin Amelia Santi dari Plan Indonesia,
  • Said Fariz Hibban dari LaporCovid-19,
  • Saena Sabrina dari SiagaBencana.com,
  • Petrasa Wacana dari SolidaritasKeluarga.id.

Selain itu terdapat beberapa penanggap, diantaranya :

  • Rahmadiyah Tria G, Forum Sudut Pandang
  • Irendra Radjawali, MATA
  • Regina Maria Hitoyo, ESRI Indonesia

RUINRISK

Di kesempatan webinar ini, Abah Lala menjelaskan bahwa Lebak Selatan yang berada di provinsi Banten ini dikelilingi potensi kerawanan banjir, longsor dan pergerakan tanah, serta tsunami. Selain itu, ia bersama teman-temannya mengalami kesulitan mencari arsip kebencanaan, arsip tindak lanjut, arsip rekonstruksi, dan lain sebagainya.

Tidak sampai di situ, masyarakat pun sudah mulai melupakan potensi-potensi risiko bencana dan kejadian di masa lalu. Akibatnya, masyarakat dengan kelompok muda tidak pernah tau bahwa di daerahnya memiliki potensi ancaman tsunami. 

Dengan berbagai kondisi dan kesulitan yang dialami kawan-kawan Gugus Mitigasi Lebak Selatan, mereka berpikir perlu adanya upaya mitigasi bencana dan kemudian lahirlah RUINRISK. RUINRISK bermula pada tahun 2016, ketika Gugus Mitigasi Lebak Selatan merintis kegiatan mitigasi. Awal mula, mereka melakukan pembangunan jaringan radio komunikasi, yang mana mengaktifkan radio antar penduduk.

Kemudian seiring berjalannya waktu, mereka membutuhkan sesuatu yang lebih dari sekedar radio komunikasi untuk pengurangan risiko bencana. Hingga akhirnya menentukan konsep dengan membuat aplikasi yang bisa mencakup seluruh rangkaian sebelum, sesaat, dan sesudah bencana.

Aplikasi tersebut bernama RUINRISK, yaitu Are You in Risk? Aplikasi ini mencakup 10 kecamatan di Lebak Selatan dan terdapat berbagai fitur yang bisa digunakan, seperti Peta Jalan (Open Street), Peta Bahaya Tsunami (BMKG Staged), Rute Evakuasi Tsunami (Peta Partisipatif), Marker Kejadian Laka/Bencana, Marker Posko Bantuan, Puskesmas, Polsek, dan Peta Cuaca (BMKG Street).

Ada berbagai manfaat yang akan didapat, seperti…

  • Masyarakat
    • Peloporan kejadian bencana
    • Pelaporan potensi risiko
    • Pemantauan respon
  • Relawan
    • Pelaporan kejadian bencana
    • Pelaporan potensi risiko
    • Assessment kejadian bencana
    • Assessment potensi risiko
    • Quick response
  • Lembaga Support
    • Respon support
      • Logistik, teknologi, rekonstruksi
    • Media
      • Publikasi berdasar sumber yang valid
    • Akademisi
      • Studi atas data kejadian maupun potensi untuk menghasilkan rekomendasi penanganan
    • Pemerintah
      • Tanggap darurat
      • Pengambilan kebijakan
      • Bahan SDG Desa
      • Pengayoman jejaring

Dari aplikasi ini, Abah Lala mengatakan bahwa adanya kolaborasi yang solid antar pentahelix, siklus penanggulangan bencana yang utuh, masyarakat dan industri wisata yang tangguh. Aplikasi ini bisa kamu unduh di IOS dan Android kesayanganmu!

SIBAJA

Selanjutnya, Agustin Amelia Santi memaparkan aplikasi Siaga Bencana Jakarta (SIBAJA). Ia menerangkan bahwa terbentuknya SIBAJA ini diawali dari kegiatan pendampingan oleh YKRI dalam Program Urban Resilience Plan Indonesia tahun 2017, di empat kelurahan (Pinangsia, Krendang, Duri Utara, dan Klender).

Aplikasi ini untuk mengetahui potensi bencana yang terjadi di Jakarta lengkap dengan sarana jalur aman. Dilengkapi juga dengan daftar riwayat bencana, skala potensi bahaya bencana, data populasi, demografi, fasilitas wilayah, dan informasi edukasi kebencanaan.

Terdapat berbagai fitur yang terdapat di aplikasi SIBAJA, yakni….

  • Ensiklopedia
  • Peta Siaga
  • Hero Acamedia, dan lain sebagainya.

Namun sayangnya, aplikasi ini baru hadir pada ponsel berbasis Androird!

LaporCovid-19

Said Fariz Hibban atau biasa disapa Iban menjelaskan bahwa LaporCOVID-19 adalah wadah sesama warga untuk berbagai informasi mengenai angka kejadian terkait COVID-19.

LaporCOVID-19 ini terdiri dari para epidemiolog, peneliti kesehatan masyarakat, biostatisticians, sosiolog, peneliti sosial, ekonom, pengacara, jurnalis, warga biasa, dokter, dan sebagainya yang memiliki komitmen untuk berkontribusi dalam penanganan pandemi COVID-19.

LaporCOVID-19 ini melalui pendekatan kolaborasi dan secara bottom-up melalui citizen reporting atau crowdsourcing agar setiap warga bisa ikut menyampaikan informasi dan data seputar kasus terkait COVID-19, yang mungkin belum terdeteksi oleh data resmi pemerintah.

Iban menjelaskan, bahwa LaporCOVID-19 ini menggunakan chatbot WhatsApp dan Telegram. Hal ini dikarenakan aplikasi chatting paling umum digunakan masyarakat dan lebih mudah serta murah. Selain itu, sosialisasi penggunaan chatbot relatif lebih mudah dan lebih cepat dimengerti. 

Selain itu, LaporCOVID-19 akan segera meluncurkan fitur ‘Rumah Sehat Rakyat Virtual” yang berbasis WhatsApp dan Telegram. Hal ini bertujuan untuk mengakomodir dan mencegah jika terjadi peristiwa tewasnya korban COVID-19 akibat isolasi mandiri. Fitur ini juga bisa memantau korban secara virtual.

Kamu bisa mengakses LaporCOVID-19 di wa.me/6281293149546 atau t.me/laporcovid19bot!

SiagaBencana.com

Saena Sabrina menjelaskan, SiagaBencana.com merupakan sebuah platform digital yang menyuguhkan literasi kebencanaan dengan gaya bahasa dan metode yang populer untuk kalangan anak muda. Tujuannya adalah meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap kesiapsiagaan bencana.

Saena memaparkan, berdasarkan riset yang dilakukan UNESCO, dari 1000 orang yang dilakukan riset ternyata hanya 1 orang saja yang memiliki minat membaca buku. Artinya hanya 0,001%. Kemudian berdasarkan survey Programme for International Student Assessment (PISA) pada 2015, kemampuan memahami dan keterampilan menggunakan bahan bacaan, khususnya teks dokumen pada anak-anak Indonesia usia 9-14 tahun berada di peringkat sepuluh terbawah.

Sedangkan, berdasarkan data Wearesocial per Januari 2017, orang Indonesia bisa menatap layar gadget kurang lebih 9 jam sehari dan urutan ke-5 di dunia dalam hal ‘cerewet’ di media sosial khususnya Twitter. 

Minat membaca buku yang rendah yang artinya minim ilmu, namun tingkat penggunaan layar gadget tinggi ditambah ‘cerewet’ di media sosial ini menjadi sasaran empuk berita yang mengandung provokasi, hoax & fitnah.

Saking banyaknya berita hoax yang beredar, maka tingkat kredibilitas masyarakat terhadap media menurun. Masyarakat butuh entitas independen untuk melakukan konfirmasi kebenaran berita dan melaporkan berita hoax yang beredar.

Di tahun 2019, SiagaBencana.com lahir dengan beberapa keunggulan yg diberikan masyarakat yaitu, postingan sosial media rutin dilakukan, berbagai produk kekinian, bahasa yang mudah dipahami oleh masyarakat awam, dan selalu memastikan postingannya Akurat dengan melakukan konfirmasi kepada pihak terkait.

SolidaritasKeluarga.id

SolidaritasKeluarga.id sebuah gerakan sosial yang mengajak keluarga bergotong royong membantu sesama keluarga yang membutuhkan bantuan dengan menggunakan teknologi crowd-mapping.

Petrasa menjelaskan, SolidaritasKeluarga.id menargetkan bantuan dana tunai kepada 500 keluarga pekerja sektor informal yang terdampak COVID-19 untuk memenuhi kebutuhan harian, khususnya anak-anak dalam keluarga. Keluarga terdampak yang membutuhkan bantuan dapat mengisi form kajian kebutuhan melalui referensi keluarga atau kerabat yang sudah mendapatkan bantuan dari donatur. Begitu juga dengan donatur yang telah membantu mereferensikan kepada calon donatur lain untuk membantu keluarga yang belum mendapatkan bantuan, begitu selanjutnya sehingga terbentuk gerakan gotong royong keluarga bantu keluarga.

Ternyata sebuah teknologi bisa dimanfaatkan dengan berbagai macam cara dalam pengurangan risiko bencana. Semoga dengan adanya berbagai jenis program yang sudah ada ini bisa dikembangkan dan risiko terjadinya bencana bisa semakin minim. (MA)