Bencana Geoteknik & Upaya Mitigasi Bencana

Indonesia memiliki tiga lempeng tektonik yaitu, Lempeng Indo-Australia, Eurasia, dan pasifik, yang berkaitan dengan sesar aktif. Oleh sebab itu, tidak heran jika Indonesia adalah salah satu negara yang rawan akan ancaman bencana gempabumi. Distribusi gempa di Indonesia sendiri terdapat perbedaan kedalaman plate, yaitu antara dangkal dan dalam. Plate subduksi bisa bersifat kontinen dan oceanic, ataupun keduanya.

Proses Lock Dalam Zona Subduksi

Gempa di dalam zona subduksi adalah interface antara dua zona yang terjadi gempa sangat besar. Maka dari itu dibutuhkan sesuatu yang mengganjal kedua zona tersebut, salah satunya adalah sea mount. Dalam efek lock ini, plate akan terganjal (locked), jadi tidak ada gempa yang terjadi, terkunci sampai energinya terlepas dan mengakibatkan pengangkatan yang dapat dideteksi oleh GPS, dan ketika gempa terjadi dia akan turun. Pergerakan Megathrust Earthquake tersebut yang mengakibatkan tsunami.

Tsunami Bawah Laut

Submarine Earthquake bisa terjadi sampai 5000 km dan kecepatannya 800 km/h. Seperti kasus Gempa Sendai di tahun 2011, terjadi di Jawa karena megathrust earthquake yang tinggi. Energi yang dilepaskan sangat tinggi, sehingga menjangkau daerah yang sangat jauh dari pusat gempa. Tsunami yang dihasilkan hampir masuk 50km kedalam area bandara dan permukiman. Interpretasi ini terjadi oleh region of locking dengan adanya sea mount.

Prof. Ir. Benyamin Sapiie Ph.D., Guru Besar Teknik Geologi ITB dalam webinar yang berjudul Mengupas Tuntas Bencana Geoteknik Serta Manajemennya di Era Pandemi COVID-19 pada 20 Oktober 2020, menjelaskan di daerah Selat Sunda memiliki seismicgap dan sea mount. Kemungkinan besar sea mount ini sudah ada di dalam subduksi Jawa.

Earthquake Hazard Assessment

Penting untuk mempelajari jenis sesar yang akan bergerak, memperkirakan energinya, gelombang, kondisi geologi di daerah lokal yang ada dan bangunan untuk diperhatikan dalam upaya mitigasi bencana. Skenario ini harus dibuat sedemikian rupa, jika ada ancaman bencana yang terjadi. Secara umum Jawa, Bali, Lombok memiliki megathrust dan Back Arc Thrust, keduanya sangat berbahaya jika terjadi bersamaan.

Maka dari itu, perlu membangun ketangguhan masyarakat dalam menghadapi bencana, apalagi di masa pandemi COVID-19 seperti saat ini. Berikut ini adalah beberapa upaya mitigasi bencana yang dipaparkan oleh Dra. Eny Supartini, Direktur Kesiapsiagaan BNPB. Check it out!

Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana

Prabencana

  • Pencegahan

Penguatan kapasitas regulasi, penguatan kapasitas SDM.

  • Siaga Darurat

Rencana kontingensi, penilaian potensi dampak bencana, peringatan dini, perintah evakuasi, penyiapan sumberdaya.

Keadaan Darurat

  • Penanganan Darurat

Rencana operasi, kaji cepat dampak bencana, kaji cepat kebutuhan penanganan darurat.

  • Transisi Darurat

Penyiapan huntara, penyediaan layanan kebutuhan dasar.

Pascabencana

  • Pemulihan

Penilaian kerusakan dan kerugian, penyusunan rencana aksi rehabilitasi dan rekonstruksi.

Program Pencegahan Bencana 2020 – 2024

  • Penguatan kelembagaan penanggulangan bencana di daerah
  • Penguatan struktur
  • Penguatan budaya
  • Menyiapkan kesiapsiagaan masyarakat

Strategi Kesiapsiagaan Dengan Tata Kelola Pandemi

Kesiapsiagaan Pemerintah Daerah

  • Menyusun perencanaan dan kesiapsiagaan daerah berdasarkan tingkat kerawanan
  • Mengaktifkan POSKO Crisis Centre dengan koordinasi Satgas COVID-19 (Poslap, Posduk)
  • Mengkoordinasi/mengendalikan instansi terkait sebagai pendukung dalam menanggulangi bencana banjir
  • Membuka media centre dan melaksanakan conference press rutin
  • Gubernur/Bupati/Walikota selaku kepala daerah menunjuk Komandan Penanganan

Darurat Untuk Mengendalikan Operasi di Lokasi Bencana

  • Mengendalikan pelaksanaan kegiatan penanggulangan bencana
  • Membuka posko pendukung dan pos lapangan
  • Aktifasi Rencana Kontinjensi daerah menjadi rencana operasi

Sistem Peringatan Dini Komunitas/Masyarakat

  • Masyarakat harus paham mengenai pengetahuan tentang resiko.
  • Pemantauan dan layanan peringatan
  • Penyebarluasan dan komunikasi
  • Membangun respon yang efektif dari nasional sampai komunitas

Penyiapan Penanganan Bencana di Masa Pandemi

  • Kaji cepat menggunakan protokol
  • Aktifasi posko, poslap, dan posduk yang berprotokol COVID-19
  • Proses penyelamatan, evakuasi
  • Aktifasi tempat pengungsi
  • Penambahan sumber daya terutama tim kesehatan
  • Percepatan tasting, tracking, tracing
  • Tas siaga

Penyiapan Pemulihan Pada Pasca Bencana

  • Kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi
  • Penyiapan karantina – trauma healing – mengubah stigma
  • Penguatan infrastruktur
  • Aktifasi sumberdaya pasca bencana
  • Agen perubahan

Penanganan bencana tidak dilakukan oleh individu tetapi multipihak, dari perguruan tinggi, kepakaran, lembaga usaha, masyarakat, pemerintah dan media massa (pembuat informasi) juga turut melakukan program pencegahan bencana. Yuk, sebelum terlambat lakukan pencegahan mitigasi bencana! (MA)