Setiap daerah pasti memiliki berbagai macam legenda yang berbeda-beda. Namun, menurut masyarakat Kaili yang mendiami lembah Palu, setiap kampung di daerah Palu mempunyai cerita tersendiri mengenai gempabumi. Misalnya saja kebiasaan masyarakat Kaili yang membaca gerak-gerik dari binatang seperti kucing. Berdasarkan adat Kayumalue, mengatakan bahwa jika kamu memelihara kucing yang sudah bertahun-tahun lamanya dan tiba-tiba hilang. Maka segeralah menyingkir dari rumah, karena menurut adat Kayumalue akan ada bencana atau kabar buruk yang terjadi.
Kejadian gempa jaman dahulu yang dialami masyarakat Kaili sempat diucapkan melalui puisi atau masyarakat Kaili menyebutnya dengan Kayori. Salah satu contohnya adalah syair kayori yang ada pada orang tua jaman dahulu di kelurahan Kayumalue yang menerangkan gempabumi pada saat itu. Berdasarkan masyarakat setempat, syair tersebut disampaikan oleh ular berkepala tiga yang muncul saat kejadian gempa. Syair ini menunjukan rasa solidaritas kekeluargaan tanpa menyebutkan kampung-kampung lain yang terdampak kena gempa.
Baca juga : LEGENDA SMONG YANG MENYELAMATKAN SIMEULUE
Selain legenda yang terdapat pada masyarakat Kaili, ternyata suku Kaili memiliki pengertian bahasa yang tangguh bencana, lho! Menurut Mohammad Marzuki, staf pengajar Prodi Antropologi Universitas Tadulako, suku Kaili memiliki kata-kata terhadap bencana alam, seperti Topalu’e yang berarti tanah yang bergerak, Bombatalu yang artinya pukulan tiga gelombang laut yang menghancurkan, Linu yang berarti gempa atau getaran keras yang menghentak serta Nalodo yang berarti tanah yang menghisap atau tanah lumpur yang mengubur/terkubur di bawah tanah yang hancur.
Wah, ternyata masyarakat Kaili mempunyai banyak legenda dan bahasa terhadap bencana alam yang menarik untuk kita ketahui, ya! Yuk, share cerita dan sejarah apa saja di kampung halaman mu di kolom comment! (MA)
Sumber : Policy Brief_Mitigasi Bencana Berbasis Pengalaman Suku Kaili & Indonesian Youth On DRR