Belanda Punya Caranya Sendiri dalam Mitigasi Banjir, Indonesia Patut Menyontoh!

Masyarakat Belanda harus membayar mahal untuk perlindungan terhadap banjir. Tapi tidak perlu dikhawatirkan, langkah yang diambil sejauh ini sukses. 

Awal mulanya, Belanda mengatasi aliran air dengan kincir angin polder abad XV yang sekarang menjadi ikon negara tersebut. Cara kerjanya adalah kincir angin memompa air keluar dari rawa dan menciptakan polder atau petak lahan kering. Sekitar 3.000 polder yang dikelilingi tanggul dibuat kala itu.

Kemudian, banjir besar menghantam pada 1953 akibat terjangan air dari laut utara menerobos dinding penahan. Banjir pada kala itu menelan 8.361 korban jiwa dan menggenangi sembilan persen lahan pertanian di Belanda. Bencana tersebut menghasilkan pembelajaran, yang membuahkan hasil proyek bernama Delta Works.

Proyek Delta Works ini terdiri dari peletakan 13 bendungan, termasuk penghalang, pintu air, pengunci, dan tanggul untuk melindungi daerah di dalam dan sekitar delta sungai Rhine, Meuse, serta Scheidt dari banjir Laut Utara.

Perlu diketahui, proyek tersebut tidak hanya melindungi dari banjir tapi juga berfungsi untuk menyediakan air minum segar dan irigasi. Risiko banjir pun juga berkurang. Bahkan, proyek Delta Works diakui sebagai salah satu dari Tujuh keajaiban Dunia Modern oleh Amerika Society of Civil Engineers.

Tidak hanya itu, ada Maeslantkering yang dibangun Belanda untuk mengatasi banjir. Maeslantkering terbentang di sebuah kanal yang menghubungkan sungai Rhine dan laut utara di bagian Selatan Belanda. Menyerupai gerbang besar yang dapat membuka tutup, benda setinggi 22 meter ini terbuat dari besi tebal, cukup kuat dan rapat untuk menghalangi masuknya air yang berlebih.

Cara kerja Maeslantkering adalah ketika permukaan air naik mencapai lebih dari 3 meter, gerbang tersebut akan secara otomatis menutup. Dengan begitu, palang air ini dapat melindungi wilayah Belanda yang berada di bawah permukaan laut dari kebanjiran. 

Selain itu, Belanda juga memanfaatkan penyimpanan air hujan, yaitu rooftop garden atau kebun atap, khususnya di bangunan-bangunan seperti perkantoran, yang dinamakan dengan Dakkaker. Dakkaker ini selain memberikan kesejukan bagi penghuninya, kebun tersebut bisa menjadi area hijau sekaligus tempat yang unik untuk menanam aneka buah dan sayuran.

Last but not least, Belanda juga membuat pertenakan apung. Dengan total 35 ekor sapi yang dipelihara, pertenakan tersebut hanya memanfaatkan sumber daya yang ada. Mulai dari makanan, hewan diberi makan rumput dan sisa makanan dari lapangan dan restoran lokal.

Peternakan ini juga memanfaatkan olahan air hujan sebagai minuman, serta menggunakan listrik dari panel tenaga surya terapung. Dari hasil peternakan ini terdapat beberapa liter susu diproduksi per harinya dan dijual kepada restoran lokal, pelanggan, hingga distributor makanan.

Itu dia beberapa cara yang dilakukan negara Kincir Angin uni dalam menghadapi kondisi geografisnya yang rentan terhadap banjir. (MA)

Sumber : Kompas.com & IDN Times