Masih ingat dengan tsunami yang menerjang pada wilayah pesisir barat Banten dan selatan Lampung? Yap! Peristiwa ini terjadi pada tanggal 22 Desember 2018 tahun lalu. Tsunami ini diakibatkan oleh longsoran dari letusan Gunung Anak Krakatau, lho Sob. Kalau tengok ke belakang sebentar dari peristiwa itu, pasti kamu bertanya-tanya ‘Sebenarnya ada tidak sih tempat evakuasi untuk masyarakat?’.
Tempat Evakuasi Sementara
Ada lho Sobat Disasterizen! Salah satu tempat evakuasi sementara untuk masyarakat jika terjadi tsunami menghampiri ada di Desa Labuan, Kecamatan Labuan, Kabupaten Serang, Banten. Perlu diketahui, tempat evakuasi ini sudah dibangun sejak 2015 dan selesai pada 2017. Tinggi dari bangunan ini sekitar 50 meter, ada dua lantai yang bisa menampung maksimal 8.000 orang. Selain itu, bangunan ini juga dilengkapi dengan fasilitas masyarakat disabilitas. Bangunan tersebut berada di tengah pasar, yang diharapkan bisa sebagai tempat menyelamatkan diri.
Saat tsunami menerjang 22 Desember lalu, tempat ini dijadikan tempat evakuasi yang menampung sekitar 4.000 orang. Mereka tinggal di bangunan ini hingga keadaan memungkinkan mereka untuk pindah ke tempat pengungsian yang lebih lengkap fasilitasnya atau kembali ke rumah masing-masing.
Baca juga : CEK TANDA MISTERIUS HEWAN PENDETEKSI BENCANA
Pos Pengamat Gunung Api Anak Krakatau
Selain itu, ada juga pengamatan Gunung Api Anak Krakatau di Desa Pasauran, Banten. Pos ini berada di bawah Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Pada pos ini ada fasilitas pemantaua, yaitu seismograf dan komputer pengawas yang terhubung langsung dengan CCTV di sekitar Gunung Anak Krakatau.
Para petugas pos juga seringkali memberikan informasi kepada anggota komunitas pariwisata mengenai cara memahami informasi terkait kondisi Gunung Anak Krakatau dan bagaimana harus bersikap. Ini sangat berguna lho, dilakukan untuk mengurangan risiko bencana akibat letusan Gunung Krakatau.
Mercusuar
Tsunami pernah terjadi juga di tahun 1883, Sob! Sejarah mencatat melalui sebuah Mercusuar Cikoneng. Mercusuar Cikoneng ini rusak parah akibat tsunami, dan lalu dibangun kembali pada tahun 1885. Mercusuar Cikoneng yang lama dibangun pada tahun 1806, berada di jalan Anyer-Panarukan.
Karena mercusuar ini hancur, lalu dibangun kembali di tahun 1885 pada masa pemerintahan ZM Wilem III. Mencusuar ini dibangun kembali berlokasi 50 m ke arah daratan dari mencusuar yang lama.
Sumber : Nurul Sri Rahatiningtyas (U-Inspire)