Masih ingat dengan ‘air turun di tiga negeri’ yang sudah SiagaBencana.com ceritakan? Kalau belum, bisa kamu baca langsung di artikel satu ini!
Ternyata bukan hanya Ambon saja yang memiliki hal tersebut, di Donggala pun juga punya. Jadi saat tsunami terjadi 2018 lalu, beberapa masyarakat di Pantai Barat Donggala dalam evakuasi mandiri, hal ini dikarenakan oleh pengetahuan tsunami di masa lalu. Pengetahuan yang terjadi di masa lalu ini didapat dari kisah turun menurun berdasarkan pengalaman orang tua mereka yang mengalami tsunami pada tahun 1968.
Baca juga : JANGAN PERNAH MEREMEHKAN ANCAMAN BENCANA
Ada sebuah kisah yang terjadi di taun 1968 silam, sampai saat ini masih diingat oleh masyarakat Pantai Barat Donggala. Karena sebagian saksi mata masih hidup dan menceritakan tentang kejadian ini kepada generasi berikutnya. Apalagi, dari kejadian di masa lalu masyarakat di kawasan ini juga memiliki istilah sendiri untuk kata tsunami, yaitu lembotalu. Ada hal lain dalam penyebutan tsunami selain lembotalu, yakni bombatalu. Bombatalu ini memiliki arti yang sama yaitu gelombang tiga kali.
.jpg)
Salah satu saksi mata kejadian tsunami Donggala tahun 1968
Kisah yang diceritakan turun menurun dari generasi ke generasi berikutnya, bisa membuat masyarakat pendatang yang tidak memiliki keterkaitan langsung dengan kejadian bencana di masa lalu itu ikut terpengaruh dengan kisah yang kerap dituturkan masyarakat lokal.
Selain gempa yang terjadi di Desa Loli Saluran tahun 1968, ada juga kejadian tsunami yang lebih awal lagi yang diperkirakan terjadi pada tahun 1938. Bahkan, ada satu saksi mata kejadian saat itu masih menceritakannya. Menurut kesaksian yang ditemui dari Desa Loli Saluran, tsunami saat itu didahului oleh surutnya air laut.
‘Waktu gempa itu umur saya masih 10 tahun (sekarang umur informan 88 tahun). Keras ini, gempanya. Cuma air laut tidak yang ini, lebih tinggi. Tapi lama dia naik ke atas itu lama. Kering semua disini. Kering dulu baru takumpul begini air baru naik tu kesana.”
.jpg)
Salah satu saksi mata tsunami di tahun 1938
Dalam kejadian 2018 lalu, saksi mata ini kehilangan salah seorang anaknya yang kembali ke dalam rumah, setelah gempa untuk mengambil beberapa barang penting yang tertinggal. Sekalipun mengalami tsunami 1938, sebelum kejadian tsunami pada 2018 lalu, saksi mata tidak sama sekali menceritakan peristiwa ini kepada siapapun, bahkan istri dan anaknya. (MA)
Sumber : Buku Keterbatasan dan Tantangan Sistem Peringatan Dini