Batu ‘Kuno’ Peninggalan Letusan Gunung Toba

Letusan dahsyat Gunung Toba yang terjadi pada 74.000 tahun lalu ternyata meninggalkan jejak di daratan puncak pebukitan Sibodiala, Desa Aek Bolon Julu, di lereng tenggara Dolok Gunung Tolong, yang mana kurang lebih 5 kilometer di barat daya pusat kota kecamatan Balige, ibukota Kabupaten Tobasa, Sumatra Utara. Jejak purba tersebut berupa batu, yang bernama Batu Basiha.

Awal mulanya, masyarakat sekitar menganggap bongkahan-bongkahan batu besar tersebut hanya batuan alam biasa, dan ada pula yang mengkaitkannya dengan cerita legenda. Namun di luar dugaan, ternyata bongkahan batu yang biasa disebut dengan Batu Basiha ini ternyata adalah jejak peninggalan letusan Gunung Toba.

Batu Basiha adalah sekumpulan bongkahan batu yang unik, bentuknya serupa balok dengan lebar dan panjang bervariasi. Bebatuan tampak bertumpuk terpisah di beberapa tempat, sebagian utuh dan sebagian lainnya ditumbuhi semak belukar.

Dinamakan Batu Basiha karena batu tersebut mirip dengan basiha (tiang rumah tradisional Batak). Bahkan, basiha disebut-sebut adalah kependekan dari “batu sian hau” (batu dari kayu).

Baca juga : GARA-GARA GEMPABUMI, PIALA DUNIA DI CHILE TERANCAM GAGAL

Batu Basiha sendiri diperkirakan sudah berusia puluhan ribu tahun, pra letusan Gunung Toba. Menurut penelitian yang diteliti oleh Knight pada tahun 1986, serta Chesner dan Rose tahun 1991, letusan Gunung Toba yang telah membentuk Danau Toba berlangsung tiga kali. Letusan pertama terjadi kurang lebih 840.000 tahun silam. Letusan ini menghasilkan kaldera (kawah besar) yaitu Kaldera Porsea. Letusan kedua terjadi pada 450.000 tahun silam dan menghasilkan Kaldera Sibandang. Letusan ketiga adalah letusan yang terdahsyat sepanjang sejarah, yaitu 74.000 tahun silam.

Bukan hanya Batu Basiha yang menjadi saksi bisu ganansnya letusan Gunung Toba. Sejauh ini ada 45 situs geologi yang tersingkap sebagai bukti letusan Gunung Toba, yaitu Batu Gantung Parapat, Air Terjun Taman Eden Lumbanjulu, Air Tejun Situmurun Lumbanjulu, Liang Sipege Balige, Aek Sipangolu Bakkara, serta geosite lainnya di semenanjung Uluan, Tele, Bakkara, Muara, Sipisopiso, Haranggaol, Paropo, Sibaganding, Siregar Aek Nalas, dan lain-lain. Batu Basiha dan yang lainnya merupakan geosite yang dilindungi sebagai bagian dari Geopark Nasional yang masih menanti pengakuan sebagai Geopark Dunia oleh UNESCO.

Tanpa disadari, ternyata Indonesia menyimpan segudang peninggalan purba hasil letusan gunung yang bisa dijadikan pembelajaran di masa depan, sebagai upaya mitigasi bencana. Oleh sebab itu, yuk jangan pernah lupakan sejarah dan jadikan pembelajaran di masa depan! (MA)

Sumber : BatakIndonesia.com