Bagaimana sih Standar Keamanan Bangunan Tahan Gempa?

Wilayah Indonesia yang rawan gempa sudah menjadi alasan yang konkrit untuk mengadopsi prinsip bangunan tahan gempa. Sebab, gempa bisa datang kapan saja dan dimana saja dengan kekuatan yang tidak bisa diprediksi. Salah satu cara untuk mengurangi risiko bencana bisa dengan mendesain bangunan tahan gempa. 

Dilansir dari Tirto.com, Situs Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kabupaten Kulonprogo menyebutkan, sifat bangunan tahan gempa adalah mampu meredam getaran. Bangunannya fleksibel sehingga dapat mempertahankan bangunan dari keruntuhan. 

Akan tetapi, dalam membuat bangunan tahan gempa tidak semudah membalikkan telapak tangan. Perlu memperhatikan perancangan dan perhitungan yang penuh analisis mendalam. Seperti meliputi kombinasi beban, penggunaan material, hingga penempatan massa strukturnya. 

Baca juga : BUKAN SEMBARANG KONSER, CODPLAY MEMPROMOSIKAN ENERGI TERBARUKAN

Standar Keamanan Bangunan Tahan Gempa

Sebuah bangunan tahan gempa, baik rumah tinggal atau gedung perlu adanya standar keamanan minimal saat gempa terjadi. Standar tersebut meliputi…

  • Apabila terjadi gempa dengan kekuatan lemah, bangunan tahan gempa tidak mengalami kerusakan sama sekali.
  • Ketika terjadi gempa kekuatan sedang, bangunan hanya boleh rusak di elemen-elemen nonstruktural. Tidak boleh sampai terjadi kerusakan di elemen struktur. 
  • Jika datang gempa berkekuatan besar, bangunan tidak boleh sampai runtuh sebagian atau seluruhnya. Bangunan tidak boleh mengalami kerusakn fatal, sehingga dapat diperbaiki dengan capat agar bisa berfungsi kembali secepatnya. 

Apa Saja Komponen Bangunan Tahan Gempa?

Sebuah bangunan tahan gempa mungkin tampak biasa saja jika dilihat dari luar. Akan tetapi, konstruksi bangunannya memerlukan perhitungan dari berbagai aspek agar membuatnya tangguh dari getaran gempa. Situs Civil Structural Engineer menjelaskan, setidaknya ada lima komponen yang perlu diperhatikan, yakni…

  • Fondasi yang Tepat

Fondari bangunan tahan gempa dibuat fleksibel yang dapat membantunya tetap berdiri saat gempa. Salah satu pilihan dalam membuat fondasi tersebut adalah membangun stuktur di atas bantalan yang memisahkan bangunan dengan tanah. Bila bantalan ini bergerak, maka bangunan di atasnya masih tetap diam.

  • Peredam Seismik

Peredam seismik adalah fitur yang diperlukan pada bangunan tahan gempa. Peredam ini akan menyerap energi getaran yang merusak sehingga melindungi bangunan dengan penopangnya. Semakin besar diameter peredam, maka kemampuannya untuk menanggulangi gaya getaran semakin lebih baik. 

  • Mekanisme Drainase Air

Bangunan tahan gempa tidak boleh sampai menimbulkan genangan air karena bisa menimbulkan komplikasi struktural. Drainase yang baik membantu bangunan lebih tahan mengatasi getaran gempa. 

  • Penguatan Struktural

Penguatan struktur bangunan diperlukan untuk dapat mengatasi berbagai potensi kekuatan gempa. Misalnya saja seperti penggunaan dinding geser dan rangka yang diperkuat akan menyalurkan gaya lateral pada lantai dan atap menuju pondasi. 

  • Material dengan Daktilitas Memadai

Daktilitas menunjukkan seberapa memadainya suatu material dalam menoleransi kejadian suatu material dalam menoleransi kejadian deformasi plastis. 

Deformasi plastis adalah kondisi suatu lempeng logam yang tidak dapat kembali ke bentuk semula karena mendapatkan pembebanan dalam proses pembentukannya. Deformasi plastis bisa terjadi karena peregangan atau penyusutan. 

Material yang memiliki keuletan tinggi mampu menyerap energi dalam jumlah besar tanpa terputus. Contoh materialnya adalah baja struktural yang mempunyai daktilitas tinggi. Sementara itu, batu bata dan beton merupakan material bangunan dengan daktilitas rendah. (MA)

Sumber : Tirto.id