Gunung Kelud, Jawa Timur adalah salah satu gunung berapi yang masih aktif hingga hari ini. Gunung ini memiliki kawah masif yang berisikan sebuah danau dan kerap dijadikan sebagai salah satu objek wisata. Namun, siapa sangka kalau Gunung Kelud ini pernah meletus dahsyat pada bulan Mei (1919) dan menimbulkan 5.000 korban.
Baca juga : TELUK LITUYA, TSUNAMI TERTINGGI DI DUNIA
Letusan Gunung Kelud, 1919
Pada Mei, 1919 silam adalah bencana terbesar yang dihasilkan oleh aktivitas Gunung Kelud pada abad ke 20. Letusannya terjadi pada tengah malam antara tanggal 19 – 20 Mei 1919, yang ditandai dengan suara dentuman amat keras. Bahkan dentumannya tersebut bisa terdengar hingga Kalimantan.
Sekitar pukul 01.15 WIB, terdengar suara gemuruh yang amat sangat keras dari arah Gunung Kelud. Diperkirakan pada saat itulah terjadi letusan utama. Lalu, beberapa saat kemudian abu sudah mulai turun. Selain hujan abu, di daerah perkebunan di lereng Kelud terjadi hujan batu dan kerikil. Hujan abu menyebar terbawa angin, terutama ke arah timur.
Di Bali hujan abu terjadi pada tanggal 21 Mei 1919. Kalau dilihat dari perhitungan endapan abu, dapat ditaksir bahwa sekitar 284 juta m3 abu terlemparkan, jumlah ini setara dengan sekitar 100 juta m3 batuan andesit. Secara keseluruhan, diperkirakan 190 juta m3 material telah keluar dari perut Gunung Kelud.
Sebelum letusan, volume air danau kawah mencapai 40 juta m3, air sejumlah itu terlempar keluar kawah pada saat letusan. Lahar yang terbentuk merupakan lahar letusan yang terjadi secara langsung oleh air danau kawah yang tertumpahkan pada saat letusan.
Kemudian, sekitar pukul 01.30 WIB, aliran lahar yang merupakan campuran dari air panas, lumpur, pasir, batu-batuan memasuki kota Blitar dan menciptakan kehancuran yang hebat. Kecepatan lahar yang mengalir di kota Blitar sekitar 18 m/detik atau sekitar 65 km/jam. Jarak maksimum aliran lahar letusan mencapai 37,5 km (dihitung dari puncak Kelud). Letusan 1919 inilah yang mengakibatkan 104 desa rusak berat, kerusakan sawah, tegal, pekarangan dan perkebunan kopi, tebu dan ketela mencapai 20.200 dan korban binatang sebanyak 1571 ekor.
Bencana letusan 1919 memberikan pelajaran bagi pemerintah saat itu untuk mengurangi volume air yang ada di danau kawah. Dari pengamatan yang dilakukan antara tahun 1901 sampai 1905, diperkirakan air yang masuk ke danau kawah mencapai rata – rata 6,5 juta m3 per tahun. Air hujan yang masuk ke kawah akan membentuk danau lagi, maka air tersebut harus dikeluarkan sehingga volume air akan terjaga pada volume yang tetap kecil.
Mulai tahun 1920, dibangun terowongan pembuangan air dengan panjang sekitar 980 meter dan garis tengah 2 meter. Terowongan tersebut di buat mulai dari kawah menuju barat untuk mengalirkan air danau kawah ke Kepulauan Badak, namun demikian kecelakaan yang disebabkan oleh runtuhnya dinding kawah menyebabkan pekerjaan pembuatan terowongan dihentikan pada tahun 1923. Pekerjaan kontruksi terowongan akhirnya selesai tahun 1924. Dengan adanya terowongan tersebut, ketinggian air dapat dikurangi sebesar 134,5 m dengan volume tersisa hanya sebesar 1,8 juta m3.
Setelah Letusan Gunung Kelud 1919
Setelah tahun 1919, Gunung Kelud meletus kembali pada tahun :
- 31 Agustus 1951
- 26 April 1966
- 10 Februari 1990
- 5 November 2007
- 13 Februari 2014
Maka kesimpulannya, kita harus mengetahui bahwa ancaman bencana bisa terulang kembali dan jangan pernah lupakan sejarah. (MA)
Sumber : esdm.go.id (PVMBG)