Sungai adalah nadi kehidupan. Sungai Ciliwung bukan sekadar aliran air, Ciliwung berasal dari bahasa Sunda, di mana “Ci” berarti air atau sungai, dan “Liwung” yang berarti berkelok atau tidak beraturan. Sungai ini telah menjadi saksi bisu berbagai peristiwa sejarah, mulai dari masa kerajaan, kolonial, perjuangan kemerdekaan hingga era modern.
Aksi nyata komunitas dalam menjaga Sungai Ciliwung adalah upaya pengurangan risiko bencana sebagai bentuk investasi untuk masa depan kita bersama. Sebagai upaya meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pelestarian sungai, Yayasan Adaptasi Bencana Indonesia bekerja sama dengan Yayasan Khatulistiwa Respon Tim menginisiasi program edukasi Arung Ciliwung VR 360o. Program ini memungkinkan peserta menelusuri Sungai Ciliwung dari hulu ke hilir melalui teknologi virtual reality (VR), sehingga memberikan pengalaman edukatif yang interaktif.
Menggunakan empat perahu jenis LCR bermesin tempel 15-20-30 PK, Tim Susur Sungai Ciliwung mendokumentasikan kondisi sungai dan mengajak masyarakat untuk ikut berperan aktif dalam menjaga lingkungan. Kegiatan susur sungai ini mengarungi aliran Sungai Ciliwung sisi Kanal Banjir Barat dimulai dari Pintu Air Manggarai hingga Muara Teluk Jakarta sejauh 17 Km pada Sabtu, 8 Februari 2025.
Titik awal susur sungai berada di Pintu Air Manggarai, salah satu infrastruktur utama dalam sistem pengelolaan air Jakarta. Pintu air ini berperan penting dalam mencegah banjir serta mengelola sampah sungai. Perjalanan diawali dengan melewati kolong Pintu Air Manggarai, bergerak ke arah barat melintasi Jalan Sudirman, menyinggahi Komunitas Gerakan Ciliwung Bersih,Pintu Air Karet, kemudian berbelok ke utara melewati Tanah Abang, Tomang, Roxy Grogol dan berisirahat di Kali Jodo. Perjalanan berlanjut melintasi kolong Tol Bandara Sedyatmo hingga bertemu perkampungan nelayan di Muara Angke, Teluk Jakarta, dan berakhir di Dermaga Operasi Basarnas, Pantai Mutiara, Penjaringan, Jakarta Utara.
Saat ini, Sungai Ciliwung sisi Kanal Banjir Barat dan Pintu Air Manggarai menghadapi berbagai permasalahan yang berdampak pada lingkungan dan kehidupan masyarakat, antara lain:
1. Pencemaran Air – Limbah rumah tangga, industri, dan sampah plastik mencemari aliran Sungai Ciliwung, mengurangi kualitas air, serta mengganggu ekosistem sungai.
2. Sedimentasi dan Penyempitan Sungai – Akumulasi sedimen dan penyempitan sungai akibat pembangunan yang tidak terkontrol menyebabkan berkurangnya kapasitas tampung sungai, meningkatkan risiko banjir.
3. Tumpukan Sampah di Pintu Air Manggarai – Sampah yang terbawa arus sering menyumbat Pintu Air Manggarai, menghambat aliran air dan meningkatkan risiko banjir saat musim hujan.
4. Urbanisasi dan Alih Fungsi Lahan – Perkembangan kota yang pesat menyebabkan berkurangnya daerah resapan air, sehingga debit air yang mengalir ke sungai semakin besar tanpa adanya penyerapan yang memadai.
5. Kurangnya Kesadaran Masyarakat – Rendahnya kesadaran akan pentingnya menjaga kebersihan sungai menyebabkan masih banyaknya masyarakat yang membuang sampah langsung ke aliran air.
6. Pengelolaan yang Kurang Efektif – Upaya normalisasi dan restorasi sering kali menghadapi kendala seperti keterbatasan anggaran, koordinasi antarinstansi, dan kurangnya penegakan hukum terhadap pelanggar lingkungan.
Saat ini Arung Ciliwung VR 360o baru menyelesaikan segment pintu air manggarai sampai dengan BNI City yang dapat di saksikan melalui link berikut. Kegiatan ini didukung oleh berbagai pihak antara Yayasan Khatulistiwa Respon Tim Yayasan Adaptasi Bencana Indonesia (YABI),  Baznas RI BAZIS DKI Jakarta, PMI Jakarta Timur,  Sabhawana SMAN 3 Jakarta, Nexgen, Captain Marine dan Box Breaker.
Penulis: Tasril Mulyadi