Akhir-akhir ini memang negara kita sering dilanda oleh gempa dengan kekuatan yang beraneka ragam di berbagai daerah. Seakan Bumi ini sedang berontak kepada kita, Disasterizen. Tak sedikit orang selalu mengkaitkan antara gempa yang satu dengan gempa lainnya, istilahnya sih merambat kemana-mana, misalnya saja gempa yang terjadi di Halmahera Selatan lalu menyebrang ke Bali nanti entah kemana lagi.
Namun, apakah benar gempa ini sebenarnya bisa merambat dan saling membawa dampak pada gempa lainnya?
Untuk menjawab pertanyaan ini, kita langsung aja yuk simak bersama pakar dari BMKG, yaitu Dr. Daryono, S.Si., M.Si., selaku Kepala Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami. Gelaja dari ‘merambat’ gempa dari tempat ke tempat lainnya, secara ilmiah sih masih sulit diterangkan.
“Hingga saat ini, kita lebih mudah mengkaji aktivitas gempa dalam aspek spasial dan temporal daripada mengkaji perubahan dan perpindahan tegangan (stress) di kulit Bumi. Inilah mengapa sangat sulit menerangkan secara empirik dugaan sebagian orang bahwa gempa saling berhubungan dan dapat menjalar kesana kemari,” ujar Daryono.
Jadi, maksudnya tuh untuk mempelajari aktivitas gempa lebih mudah dalam aspek ruang dan waktu daripada mempelajari perubahan dan perpindahan tegangan di kulit Bumi ini Disasterizen. Makanya sangat sulit menerangkan dugaan dari sebagian orang kalau gempa saling berhubungan dan dapat merambat kemana-mana.
Daryono mengatakan kalau ada beberapa pakar berpendapat, perubahan pola tegangan regional mungkin bisa menerangkan gejala ini. Sayangnya, hingga saat ini bagaimana memodelkan hal itu masih sulit dilakukan.
Baca juga : SAKSI HIDUP TSUNAMI PANGANDARAN 2006
2 Ilmu Tentang Teori Pemicuan Antar Gempa
Ilmu semakin lama akan semakin berkembang, sama halnya dengan ilmu kegempaan. Dalam ilmu kegempaan ada dua teori pemicuan (membawa dampak) antar gempa, yaitu pemicuan yang bersifat gempa statis (permanen) dan dinamis (berpindah).
- Bersifat Statis (Permanen)
Pemicuan yang bersifat statis dapat terjadi pada gempa-gempa yang sangat dekat lokasinya, sebagai contoh adalah munculnya gempa-gempa baru di Lombok di bagian barat dan timur yang diduga kuat akibat pemicuan gempa yang bersifat statis (static stress transfer) dari gempa Lombok M 7,0 yang terjadi sebelumnya. Transfer tegangan statis ini berkurang secara cepat terhadap jarak dan disebabkan oleh perpindahan patahan yang permanen.
- Bersifat Dinamis (Berpindah)
Sementara itu untuk pemicuan dinamis, bisa berkaitan dengan gempa-gempa dekat dan jauh. Transfer tegangan dinamis ini nilainya lebih kecil, berkurang dengan melambat terhadap jarak dan merupakan tegangan yang dibawa oleh gelombang seismik melalui batuan. Konsep pemicuan dinamik ini lebih sering dikaitkan dengan potensi gempa yang dipicu dari jarak jauh. (MA)
Sumber : BMKG