Jakarta, 19 Agustus 2022 – Untuk berkontribusi pada peningkatan kesadaran publik tentang kegiatan bantuan kemanusiaan di seluruh dunia dan pentingnya kerja sama internasional, serta untuk menghormati pekerja kemanusiaan PBB dan personel terkait yang telah bekerja dalam mempromosikan urusan kemanusiaan dan mereka yang telah kehilangan nyawa karena menjalankan tugasnya, Majelis Umum PBB menetapkan 19 Agustus sebagai Hari Kemanusiaan Sedunia (World Humanitarian Day/WHD) pada tahun 2008. Tanggal 19 Agustus ini ditetapkan sebagai peringatan peristiwa kemanusiaan yang berupa pengeboman di Markas Besar PBB di Baghdad pada tahun 2003 yang menewaskan 22 pekerja kemanusiaan.
Keadaan darurat iklim mendatangkan malapetaka di seluruh dunia pada skala yang tidak dapat dikelola oleh komunitas kemanusiaan dan orang-orang di garis depan. Waktu sudah hampir habis bagi jutaan orang yang paling rentan di dunia – mereka yang paling sedikit berkontribusi pada darurat iklim global tetapi yang paling terpukul. Jutaan orang sudah kehilangan rumah, mata pencaharian, dan kehidupan mereka.
Secara global kampanye Hari Kemanusiaan Sedunia setiap tahun pada tanggal 19 Agustus mengadvokasi kelangsungan hidup, kesejahteraan dan martabat orang-orang yang terkena dampak krisis, dan untuk keselamatan dan keamanan pekerja bantuan. Di Indonesia, Kementerian Sosial, Badan Nasional Penanggulangan Bencana, dan Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan bekerja sama dengan pemangku kepentingan lainnya pemerintah, lembaga usaha, lembaga swadaya masyarakat, organisasi masyarakat sipil, komunitas palang merah, organisasi/lembaga berbasis agama, badan-badan PBB akan melakukan serangkaian kegiatan di sepanjang bulan Agustus 2022 dengan acara bersama pada 19 Agustus 2022.
Secara khusus pada tanggal 19 Agustus 2022, bertepatan dengan Hari Kemanusiaan Sedunia, Klaster Pengungsian dan Perlindungan sebagai salah satu mekanisme klaster yang menangani koordinasi multipihak di urusan-urusan koordinasi dan manajemen tempat pengungsian, shelter, air minum dan penyehatan lingkungan, perlindungan terhadap kelompok berisiko (anak, lansia, perempuan, penyandang disabilitas, dan rentan lainnya), dukungan psikososial, keamanan, bantuan non-tunai, pelibatan masyarakat, dan penguatan kapasitas, melakukan gladi atau simulasi koordinasi Klaster PP di tingkat pusat dan di daerah terdampak. Gladi ini dilakukan untuk semakin menguatkan kapasitas kesiapsiagaan para aktor kemanusiaan dari aspek manajemen koordinasi yang lebih efektif dan terarah.
Tema peringatan Hari Kemanusiaan Sedunia tahun 2022 ini adalah #ItTakesAVillage – Alone, our impact is limited but together we have tremendous power (Sendirian, pencapaian kita terbatas tapi bersama, kita memiliki kekuatan yang luar biasa)”. dan “Together Stronger” diusung sebagai tema turunan acara ini untuk menjawab tantangan menghadapi megakrisis. Maka dibutuhkan banyak pihak untuk mendukung mengatasi berbagai persoalan, dengan cara kolaborasi untuk kemandirian masyarakat.
Sebuah pepatah mengatakan “dibutuhkan bantuan sebesar satu desa untuk membesarkan seorang anak. Begitupun untuk mendukung orang-orang yang hidup melalui krisis kemanusiaan. ‘Desa’ ini termasuk orang-orang yang terdampak bencana, yang selalu menjadi yang pertama untuk merespon. Ini termasuk komunitas global yang bekerja sama untuk mendukung mereka saat pulih dan membangun kembali, dan ini mencakup ratusan ribu aktor kemanusiaan, baik relawan maupun profesional yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan dan pendidikan, makanan dan air, tempat pengungsian dan perlindungan, bantuan dan harapan. Jauh dari sorotan media, pekerja kemanusiaan bekerja sepanjang waktu membuat dunia kita menjadi tempat yang lebih baik. Melawan tantangan yang luar biasa, dan seringkali dengan risiko pribadi yang besar, mereka meringankan penderitaan dalam keadaan berbahaya.
Perserikatan Bangsa-Bangsa, melalui Sekretaris Jenderalnya, Antonio Guterres dan Koordinator Residen di Indonesia, Valerie Julliand, menyatakan bahwa ada 303 juta orang yang membutuhkan bantuan kemanusiaan dan setidaknya 345 juta orang mengalami kelaparan akut yang disebabkan oleh perang. Selain itu, perempuan dewasa dan anak perempuan mengalami kekerasan dan kemunduran hak-hak mereka. Saat mega krisis ini berlangsung setiap hari, pekerja kemanusiaan melangkah untuk merespon. Di Hari Kemanusiaan Sedunia ini kita menghormati dedikasi dan keberanian mereka dan memberikan penghormatan kepada mereka yang kehilangan nyawa dalam mengejar tujuan mulia ini. Mereka mewakili yang terbaik dari kemanusiaan.
Indonesia mengenal sebuah frasa yang indah dan sederhana yang menyampaikan hal yang sama dengan tema Hari Kemanusiaan Sedunia tahun ini yaitu “Gotong Royong” yang berarti semangat untuk saling membantu. Meskipun dunia terasa terpecah dan retak saat ini, tetapi aksi kemanusiaan kita adalah bukti bahwa persatuan dan solidaritas masih hidup dan kuat. Sendirian, pencapaian kita terbatas tapi bersama, kita memiliki kekuatan yang luar biasa.