Sobat Disasterizen, musik adalah sebuah bahasa universal yang digunakan oleh musisi untuk mentransformasi nilai-nilai yang ingin mereka sampaikan. Nilai-nilai ini dituangkan ke dalam sebuah seni yang bisa diterima oleh masyarakat dari berbagai bahasa manapun.
Salah satu pesan yang disampaikan adalah pesan tentang bencana alam. Nah, siagabencana.com kali ini telah merangkum 5 lagu Indonesia tentang bencana alam yang benar-benar sangat menyentuh. Langsung siapkan headset / speaker, ya!
Supermarket Bencana – Navicula
Navicula via Twitter.
Navicula, sebuah band grunge asal Bali yang pernah manggung di Australia, Kanada, bahkan hingga Amerika Serikat ini selalu mengusung isu-isu sosial dan kesadaran masyarakat dalam musiknya. Salah satunya adalah Supermarket Bencana yang dirilis pada 2015 silam.
Lahan hijau terhampar
Di seribu pulau berjajar
Indonesia, negeri aman sentosa
Tapi, jangan lengah kawan
Di balik semua keindahan
Ada sembunyi tak kelihatan
Lagu berdurasi 4 menit 21 detik ini menyerukan pendengarnya bahwa walaupun kita tinggal di negara yang amat indah, tapi bahaya senantiasa mengancam. Karena itu, bekali diri dengan informasi dan jangan pernah lupa sejarah bencana di negeri kita.
Selamatkan bumi, selamatkan diri
Bekali dirimu dengan informasi
….
Hati-hati berbelanja di supermarket bencana
Kawan, ini bukan dusta. Lihat sejarah!
Lagu ini dikeluarkan dalam album Science in Music dan Kompilasi Siaga Bencana LIPI tahun 2008.
Baku Jaga – Ungu
Band Ungu saat photoshoot untuk album 1000 Kisah Satu Hati, 2010.
Ungu adalah sebuah band pop rock dan alt yang berbasis di Jakarta, Indonesia. Ya, bagi sobat yang tidak asing dengan pop melayu sebelum 2010, pastinya band ini sudah sangat familiar.
Lagu Baku Jaga (Saling Jaga) yang dinyanyikan dalam bahasa Manado ini terinspirasi dari banjir bandang yang melanda Manado dan Sinabung pada Januari 2014 silam. Banjir ini menewaskan 14 orang dan 1.000 rumah rusak parah.
Torang nintau kapan tu badai datang
Torang nintau kapan musibah datang
….
Marjo torang baku sayang
Marjo torang baku jaga
Terjemahan:
Kita tak tahu kapan badai itu datang
Kita tak tahu kapan musibah itu datang
….
Marilah kita saling sayang
Marilah kita saling jaga
Lagu ini juga sempat dinominasikan oleh Anugerah Musik Indonesia (AMI) Awards 2015 pada kategori Karya Produksi Lagu Berbahasa Daerah Terbaik, loh. Walaupun pada waktu itu dikalahkan oleh Pulo Samosir – Viky Sianipar, setidaknya lagu ini sudah mengangkat kesadaran akan bencana dalam ranah industri permusikan.
Bencana Alam – Iwan Fals
Iwan Fals, Time Magazine
Iwan Fals adalah musisi kebanggaan Indonesia yang sering meneriaki isu-isu sosial seperti keadilan, pemerintah, dan politik. Salah satu lagunya yang terkenal adalah Bencana Alam dari album Perjalanan yang dirilis pada 1979 silam. Nuansa balad dan pop rock yang kental ala Iwan Fals 1980-an terasa di setiap sudut dari lagu ini.
Bencana alam melandanya
Kehendak Yang Kuasa
Peringatan kah bagi kita?
Pria yang pernah jadi kover majalah music internasional Rolling Stones pada edisi Mei 2007 ini mengajak pendengarnya untuk sama-sama merenung bahwa bencana alam ini benar-benar sebuah peringatan dari Tuhan atas dosa-dosa manusia.
Oh, ampunilah, Yang Kuasa.
Untuk Kita Renungkan – Ebiet G. Ade
Kover album Tokoh-Tokoh. Sumber: Jackson Record.
Siapa yang tidak kenal Ebiet G. Ade? Musisi ber-genre balada yang bernama lengkap Abid Ghoffar bin Aboe Dja’far ini sering menghiasi tangga lagu di Indonesia pada era orde baru silam.
‘Untuk Kita Renungkan’ diinspirasi oleh letusan Gunung Galunggung pada 1982 silam. Lagu yang dirilis dalam album Tokoh-Tokoh di bawah naungan Jackson Record ini mengajak pendengarnya untuk mawas diri dan selalu ingat kepada Tuhan.
Adalah Dia di atas segalanya
Anak menjerit-jerit, asap panas membakar
Lahar dan badai menyapu bersih
Ini bukan hukuman, hanya satu isyarat
Menariknya lagi, Ebiet telah merilis versi remix-nya, loh! Ya, pada 4 April 2019 silam, Ebiet menggaet anaknya, Aderaprabu Lantip Trengginas (Adera) untuk me-remix lagu ini supaya lebih bisa dikenal oleh masyarakat milenial.
Berita Kepada Kawan – Ebiet G. Ade
Kalau yang ini pastinya sudah tidak asing lagi. Lagu yang jadi ‘unofficial soundtrack’ yang diputar setiap momen Ramadan tiba ini ternyata berangkat dari kegelisahan Ebiet atas bencana alam akibat Kawah Sinila di Pegunungan Dieng pada 1979 silam.
Sesampainya di laut, ku kabarkan semuanya
Kepada karang, kepada ombak, kepada matahari
Tetapi semua diam, tetapi semua bisu
Tinggal aku sendiri, terpaku menatap langit
Barangkali di sana ada jawabnya
Mengapa di tanahku terjadi bencana
Mungkin Tuhan mulai bosan melihat tingkah kita
Yang selalu salah dan bangga dengan dosa-dosa
Atau alam mulai enggan bersahabat dengan kita
Coba kita bertanya pada rumput yang bergoyang
Lagu ini ada dalam album kedua Ebiet, yaitu Camillia II. Bahkan, lagu ini dinobatkan sebagai salah satu dari 150 Lagu Indonesia Terbaik versi Rolling Stones. Wah! (RG)