Ekosistem pesisir sangat penting lho keberadaannya untuk kita. Kenapa? Dikarenakan keberadaan ekosistem pesisir merupakan daerah peralihan antara ekosistem darat dan ekosistem laut dimana makhluk hidup saling berbaur. Selain itu pula, peran ekosistem pesisir juga bisa menjadi benteng tsunami. Karena itulah kita sebagai manusia harus menjaganya. Gimana sih upaya masyarakat dalam membangun benteng alam tsunami itu? Gini nih caranya, simak!
Baca juga : PESISIR MENJADI BENTENG TSUNAMI
- Meningkatkan Pengetahuan Demi Lestarinya Ekosistem Pesisir
Pendidikan yang berbasis pelestarian lingkungan merupakan solusi dalam mengatasi tantangan ini. Dalam pendidikan pengelolaan lingkungan hidup perlu ditanamkan kepada anak sejak usia dini, karena anak-anak lebih mudah menghayati dan menanam nilai-nilai dan kebiasaan melestarikan lingkungan hidup dibandingkan dengan orang dewasa. Hal inilah yang menjadi harapan perusakan lingkungan di masa depan dapat dicegah melalui kepedulian lingkungan generasi mendatang.
- Penataan Ruang Wilayah Pesisir
Menetapkan kawasan pemeliharaan dengan berbagai ekosistem pesisir seperti terumbu karang, mangrove, dan hutan pantai yang dapat melindungi wilayah terhadap ancaman bencana tsunami dan gelombang pasang. Serta, mengembangkan manajemen bencana tsunami. Secara garis besarnya adalah pembuatan peta-peta daerah rawan bencana, pencegahan penduduk untuk tinggal di daerah rawan bencana.
- Penanaman Kembali Hutan Pantai
Masyarakat harus terlibat dalam penanaman, pembibitan dan pemeliharaan serta melibatkan pemanfaatan hutan pantai. Dengan ini, akan memberikan keuntungan kepada masyarakat seperti terbukanya lapangan kerja.
- Transplantasi Karang (Pemindahan Karang)
Transplantasi karang sangat berperan dalam mempercepat regenerasi terumbu karang yang telah rusak dan bisa dipakai untuk membangun daerah terumbu karang baru yang sebelumnya tidak ada. Banyak manfaat dari transplantasi karang saat ini, misalnya saja melapisi bangunan bawah laut agar lebih kokoh dan kuat sebagai benteng tsunami dan gelombang pasang. (MA)
Sumber : Buku Benteng Alam Tsunami (2008)