3 Strategi Mencegah Rumah Sakit Lumpuh

Pertumbuhan kasus positif COVID-19 saat ini kian melonjak di Indonesia. Bahkan, nyatanya sekarang orang yang terinfeksi COVID-19 per harinya sudah mencapai 4 ribu jiwa lebih. Melonjaknya pasien COVID-19 berdampak buruk pada layanan kesehatan, yakni kekurangan tenaga medis, peralatan kesehatan, ruang/tempat tidur pasien, dan lain sebagainya.

Nah, maka dari itu pemerintah harus mencegah agar fasilitas tidak semakin parah dan lumpuh. Ada beberapa strategi yang perlu diperhatikan, misalnya seperti di bawah ini. Simak!

Baca juga : SELUK BELUK TENGGELAMNYA 2 PULAU & TERBENTUKNYA GUNUNG ANAK KRAKATA

  • Meningkatkan dan Memodifikasi Sumber Daya Manusia

Strategi pertama adalah meningkatkan dan memodifikasi sumber daya manusia di fasilitas kesehatan, peralatan, obat-obatan, ruang perawatan, dan manajemen di rumah sakit (facility-based surge).

Strategi ini seperti mengalihfungsikan area atau ruang lain di rumah sakit sebagai ruang isolasi baru atau ICU. Selain itu, adanya perputaran peralatan dan tenaga dari satu unit ke unit lain yang membutuhkan, hingga kebijakan mengatur sistem penerimaan dan rujukan pasien.

  • Mengembangkan Daya Tampung

Strategi kedua yang akan dijalankan adalah mengembangkan daya tampung dengan menyelenggarakan pelayanan “di luar tembok” rumah sakit – di komunitas (community-based surge). Misalnya seperti mendirikan rumah sakit lapangan, menjadikan beberapa hotel sebagian tempat isolasi bagi penderita yang tidak memerlukan perawatan kesehatan di rumah sakit, hingga melakukan isolasi mandiri di rumah.

  • Extrinsic Surge

Strategi ini berupa pengembangan fasilitas pelayanan kesehatan di suatu daerah dengan bekerja sama bersama daerah di sekitarnya. Pengembangan ini dapat dilakukan dengan merujuk pasien ke luar daerah atau sumber daya dari daerah lain masuk ke daerah yang mengalami permasalahan. Karena melibatkan daerah lain, maka peran pemerintah provinsi dan pusat sangat dibutuhkan sebagai pihak yang memimpin, mengkoordinasi dan bertanggung jawab. (MA)

Sumber : The Conversation Indonesia