Sempat Menjadi Pro Kontra, Konsep Bandara YIA Dibangun Sesuai Aspek Mitigasi Bencana

Sempat Menjadi Pro Kontra, Konsep Bandara YIA Dibangun Sesuai Aspek Mitigasi Bencana

FOTO : ap1

Daryono BMKG menerangkan bahwa potensi gempabumi megathrust di Samudra Hindia Selatan (Jawa Tengah dan Yogyakarta) dapat memicu potensi tsunami di kawasan YIA.

Karena hal tersebut sempat menjadi pro kontra di kalangan masyarakat. Namun, tidak perlu dikhawatirkan Bandara Internasional Yogyakarta (YIA) dapat dimanfaatkan sebagai tempat evakuasi dan area berlindung di kala bencana seperti gempa dan tsunami terjadi.

Bandara YIA telah dibangun dengan kesiapan mitigasi bencana seperti likuifaksi, gempabumi, tsunami, banjir, dan abu vulkanik. YIA dirancang dan dibangun dengan ketahanan terhadap gempa 8,8 M dengan pusat gempa 400 meter dari bibir pantai.

Tidak sampai di situ, bahkan pondasi bangunan terminal bandara pun menggunakan bored pile dengan kedalaman 26 meter. Selain itu, bangunan terminal juga dirancang dengan kekuatan yang dilebihkan agar tetap dapat difungsikan dengan baik setelah terjadi gempa. Bahkan, gedung juga dapat dimanfaatkan sebagai tempat evakuasi bencana tsunami sebagai bagian dari emergency preparedness.

Kemudian, sebagai mitigasi bencana tsunami, YIA dirancang untuk menghadapi gempa dan tsunami dengan proyeksi ketinggian maksimum 12,8 MSL (mean sea level). Jadi, apabila terjadi tsunami diproyeksikan akan membutuhkan waktu 35 menit untuk sampai ke Gedung Terminal.

Jika dilihat dari segi bangunan, posisi runway berada pada ketinggian 7,4 MSL, lantai dasar terminal berada pada ketinggian 9,25 MSL, lantai mezzanine terminal berada pada ketinggian 15,25 MSL, lantai 2 terminal berada pada ketinggian 21,25 MSL, sedangkan peralatan utama mekanikal dan elektrikal berada di lantai mezzanine atau di elevasi +15 MSL, serta memiliki fasilitas Gedung Crisis Centre 4 lantai dengan luas bangunan 5284 meter persegi, sebagai tempat evakuasi yang mampu menampung 1.000 jiwa.

Diketahui, lahan Bandara YIA berada di atas material pasir likuifaksi pada kedalaman 0-6 meter dari permukaan tanah eksisting yang bisa berakibat bangunan mengalami likuifaksi.

Maka, dalam proses pembangunannya, telah dilakukan perbaikan tanah sisi udara dengan metode Dynamic Compaction (DC), yang mampu memadatkan tanah sampai kedalaman 10 meter, serta perbaikan tanah sisi darat dengan menggunakan metode Rapid Impulse Compaction (RIC) yang dapat melakukan perkuatan tanah sampai pada kedalaman 8 meter.

Tahukah kamu, bandara YIA juga dirancang untuk mengantisipasi banjir, loh! Bandara dilengkapi dengan pembuatan saluran yang dapat menampung potensi banjir terbesar yang kemungkinan terjadi di bandara. Maka dibuatlah pond atau penampungan air sementara dengan volume 43.300 meter kubik. Saluran bandara juga dapat difungsikan sebagai penampung air (long storage) dengan kapasitas 180.000 meter kubik.

Disamping itu, berada di area gunung berapi, desain atap bangunan terminal YIA menggunakan struktur rangka baja yang mampu menahan abu vulkanik dengan tebal 5 cm.

Wah, semoga dengan segala hal yang telah disiapkan sebagai upaya mitigasi bencana tersebut bisa mengurangi rasa khawatir ya! Tapi ingat, jangan hanya mengandalkan alat yang sudah ada. Tapi tetap bangun dirimu sadar bencana dan melakukan upaya mitigasi bencana secara mandiri. (MA)

 

Sumber : yogyakarta-airport.co.id

 

Dipost Oleh Mutia Allawiyah

Hello, Disasterizen! It's me Mutia. I'm a content writer at Siagabencana.com. I'll provide information about natural disaster preparedness. Nice to know you guys, cheers!

Tinggalkan Komentar