Bersama Mewujudkan Keluarga Tangguh Bencana

Bersama Mewujudkan Keluarga Tangguh Bencana

Saat ini, pandemi COVID-19 masih terus menghantui dan mengubah seluruh kehidupan manusia. Hal ini bermula sejak 31 Desember 2019, di mana WHO (World Health Organization) pertama kali melaporkan kasus terjadinya COVID-19. Lalu hingga awal bulan Maret 2020, COVID-19 masuk ke Indonesia dan pemerintah menetapkan PP NO. 21/2020 dan Keppres No. 11/2020 terkait pembatasan sosial berskala besar dalam rangka percepatan penanganan COVID-19, dan tentang penetapan kedaruratan.

Meskipun hingga kini pandemi belum juga berakhir, tetapi pencegahan dan menghentikan penyebaran COVID-19 masih harus tetap ditingkatkan, baik dari pemerintah, maupun dari masyarakat sendiri.

Seperti yang sudah kita ketahui bersama, bahwa komunitas terkecil adalah keluarga. Keluarga adalah benteng terkuat ketika keluarga memahami aturan, sop, peraturan, maka semua akan lebih mudah. Oleh sebab itu, perlu adanya pembentukan keluarga tangguh bencana. Pembentukan keluarga tangguh bencana dilakukan supaya mengurangi korban akibat suatu bencana dari keluarga.

Untuk strategi pencegahan COVID-19 di rumah adalah dengan melakukan pembagian tugas kepada para anggota keluarga. Siapa berbuat apa dan bagaimana caranya dalam membuat rencana kesiapsiagaan keluarga, seperti penerapan 3M (memakai masker, mencuci tangan dengan sabun, menjaga jarak). Selain itu, diperlukan juga memiliki kontak hotline, seperti nomor anggota keluarga yang berbeda, nomor telepon perangkat RT/RW, tim siaga covid dan fasilitas kesehatan rujukan.

Dra. Eny Supartini, M.M, Direktur Kesiapsiagaan BNPB dalam webinar yang diselenggarakan oleh Keluarga Peduli Pendidikan pada Rabu (21/10), mengatakan bahwa keluarga tangguh bencana (Katana) adalah keluarga yang memiliki empat prinsip, yaitu:

  • Berpengetahuan - Keluarga harus diberikan pengetahuan tentang ancaman dan risiko bencana, serta cara menghindari dan mencegahnya.
  • Sadar - Menyadari bahwa tinggal di wilayah rawan bencana dan perlu menyesuaikan, seperti membangun rumah tahan gempa dan lain sebagainya.
  • Berbudaya – Berperilaku selaras dengan prinsip pengurangan risiko bencana, seperti membuang sampah pada tempatnya, menanam dan merawat pohon, dan lain sebagainya.
  • Tangguh Bencana – Selalu siap siaga menghadapi bencana, mampu menghindar dan cepat pulih dari dampak bencana.

Untuk mewujudkan Katana, Nurul Fitry Azizah selaku Direktur Eksekutif Perkumpulan Keluarga Peduli Pendidikan juga memaparkan modul Menuju Keluarga Tangguh Bencana. Terdapat tiga bagian utama didalam modul, yaitu pengenalan pengurangan risiko bencana (PRB), rencana siaga keluarga, dan rencana evakuasi keluarga. Arahnya nanti tidak hanya sampai sosialisasi, tapi juga sampai simulasi tangguh bencana. Modul ini merupakan adaptasi dari 6 modul panduan penyuluh katana dari BNPB dan memanfaatkan website InaRISK/aplikasi Inarisk Personal.

Jika disimpulkan, betapa penting pembentukan keluarga tangguh bencana dalam meningkatkan kapasitas. Apakah kamu sudah membuatnya? Yuk lakukan segera! Salam siaga! (MA)

Dipost Oleh Mutia Allawiyah

Hello, Disasterizen! It's me Mutia. I'm a content writer at Siagabencana.com. I'll provide information about natural disaster preparedness. Nice to know you guys, cheers!

Tinggalkan Komentar