Menang Melawan COVID-19 dengan Menggunakan 3M dan InaRISK

Menang Melawan COVID-19 dengan Menggunakan 3M dan InaRISK

Salah satu masalah terbesar kita yang masih terus diselimuti bayang-bayangnya adalah coronavirus atau biasa disebut sebagai COVID-19. Sebenarnya mudah untuk menang melawan COVID-19, yaitu dengan taat melakukan 3M. Apa itu 3M?

3 M adalah ….

  • Menggunakan Masker

Masker dapat mencegah masuknya droplet dan menahan droplet yang keluar saat kita batuk/bersin/berbicara, sehingga dapat melindungi diri sendiri dan orang lain.

  • Menjaga Jarak

Droplet saat bicara dan batuk bisa sampai 2 meter, sementara saat bersin bisa sampe 6 meter. Dengan menjaga jarak kita bisa mengurangi risiko tertular/menulari.

  • Mencuci Tangan dengan Sabun

Virus mati dengan sabun dan air mengalir. Dengan melakukan 6 langkah cuci tangan dengan benar, selama minimal 20 detik, kita akan mengurangi risiko tertular COVID-19.

Namun, melakukan 3M tidak semudah yang dibayangkan. Hal ini dikarenakan masih banyak masyarakat yang belum sadar dan bersifat denial tentang COVID-19. Maka dari itu, Satgas penanganan COVID-19 membentuk bidang perubahan perilaku untuk mendorong percepatan perubahan perilaku masyarakat agar secara konsisten menjalankan 3M. Perilaku di sini diartikan sebagai aksi dan tindakan seseorang terkait dengan diri sendiri maupun orang lain.

Sabtu (24/20), pada webinar yang diselenggarakan Universitas Pembangunan Nasional Yogyakarta yang bertajuk ‘Kesehatan Matra’, Lilik Kurniawan selaku Deputi Bidang Pencegahan BNPB, mengatakan dalam bidang perubahan perilaku terdapat 4 strategi intervensi untuk membangun kesadaran dari dalam diri, yaitu:

  • Nasehat

Memberi informasi yang benar agar masyarakat memahami pentingnya perlaku 3M.

  • Dorongan

Mengingatkan secara berulang, dan mendorong tersedianya fasilitas agar masyarakat mudah menjalankan protokol kesehatan 3M.

  • Insentif

Memberi penghargaan atas perubahan yang terjadi.

  • Hukuman

Memberi sanksi bagi yang belum patuh.

Sasaran yang dituju adalah individu, keluarga, komunitas institusi dan wilayah. Tentunya masing-masing akan berbeda-beda penanganan dan strateginya. Dengan 4 saran tersebut, bidang perubahan perilaku didukung oleh 3 sub bidang utama yaitu sub bidang sosialisasi, sub bidang edukasi, dan sub bidang mitigasi.

Sub Bidang Sosialisasi

Pada Sub Bidang Sosialisasi memiliki tugas melaksanakan program perubahan perilaku dengan sasaran individu, keluarga, komunitas dan wilayah. Berfokus pada penyebarluasan informasi secara langsung ke masyarakat dengan mendayagunakan para petugas lapangan (penyuluh, pendamping, relawan, tenaga kesehatan).

Sub Bidang Edukasi

Sedangkan pada Sub Bidang Edukasi, memiliki tugas untuk melaksanakan perubahan perilaku dengan sasaran individu yang berada di satuan pendidikan. Mulai dari jenjang pendidikan anak usia dini sampai pendidikan tinggi. Berfokus pada penyebarluasan informasi secara langsung ke individu yang berada di satuan pendidikan dengan mendayagunakan tenaga pendidik (guru/dosen).

Sub Bidang Mitigasi

Lalu, untuk Sub Bidang Mitigasi sendiri memiliki tugas melaksanakan perubahan perilaku dengan sasaran individu dan kelompok yang yakin tidak akan tertular COVID-19, serta tidak percaya akan bahaya COVID-19. Pada sub bidang ini berfokus di wilayah dengan tingkat penularan COVID-19 yang tinggi.

InaRISK Personal

Banyak orang tidak dapat menjawab apa peran individu dalam COVID-19, karena menganggap mereka bukan dokter/tenaga medis/paham kesehatan. Hal inilah yang melatarbelakangi BNPB untuk membuat InaRISK personal, sehingga semuanya berperan, begitu juga dengan yang hanya di dalam rumah. InaRISK ini adalah aplikasi untuk untuk mengetahui apa dampak bencana yang ada di daerah tersebut. Ini berlaku untuk semua daerah di Indonesia, InaRISK akan memberikan informasi dan rekomendasi, sebelum, saat dan pasca bencana.

Satgas penanganan COVID-19 dan BNPB tidak dapat bergerak sendiri, sehingga diperlukan kolaborasi antara pemerintah, media, masyarakat, pelaku usaha, dan akademisi (pentaheliks) untuk menjalankan perannya. Di samping itu, diperlukan strategi yang terintegrasi dan terarah, lalu diikuti koordinasi yang solid antar satgas secara berjenjang, sehingga perubahan perilaku dapat terjadi.

Dukungan dan partisipasi masyarakat dalam perubahan perilaku, serta melakukan penilaian mandiri adalah tolak ukur ketangguhan masyarakat (individu, keluarga, desa/kelurahan) yang berujung terhadap ketangguhan bangsa dan merupakan transformasi besar menuju negara yang maju, serta mampu dan siap mengahadapi bencana apapun. (MA)

Dipost Oleh Mutia Allawiyah

Hello, Disasterizen! It's me Mutia. I'm a content writer at Siagabencana.com. I'll provide information about natural disaster preparedness. Nice to know you guys, cheers!

Tinggalkan Komentar